Powered By Blogger

Selasa, 21 September 2010

MENGAPA PENDIDIKAN BIOLOGI ITU PENTING?

MENGAPA PENDIDIKAN BIOLOGI ITU PENTING?

Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan pembaharuan yang berlangsung secara sengaja maupun tidak, yang bertujuan untuk mengubah sikap, perilaku, perbuatan, pandangan hidup ke arah yang lebih baik.Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental, dan sosial. Sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak.
Biologi berasal dari bahasa latin yaitu bios dan logos. Bios artinya hidup dan logos artinya ilmu. Biologi merupakan ilmu hayat. Dan secara sederhananya biologi dapat diartikan sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang tentang makhluk hidup baik hewan, tumbuhan maupun manusia, yang berukuran mikroskopis maupun makroskopis, yang hidup di air maupun di darat.
Dengan demikian pendidikan biologi merupakan suatu kegiatan baik sebagai aktivitas maupun fenomena yang berlangsung untuk mempelajari segala sesuatu tentang makhluk hidup yang diharapkan dapat memperbaiki sikap hidup, pandangan hidup, keterampilan hidup secara praktis, mental maupun sosial baik perorangan maupun masyarakat secara luas.
Pendidikan biologi memiliki arti penting yang sangat besar bagi hidup dan kehidupan manusia. Adanya cabang-cabang biologi yang mempelajari lebih spesifik tentang suatu objek permasalahan, membuat manfaat biologi menjadi lebih banyak dan lebih luas. Pendidikan biologi memberikan perubahan yang signifikan bagi kesejahteraan dan kemaslahatan kehidupan manusia. Bentuk kemaslahatan dan efek kesejahteraan yang signifikan yang diperoleh manusia dari pendidikan biologi itu sendiri mencakup berbagai bidang diantaranya adalah bidang pertanian, peternakan, kesehatan, kedokteran, ekonomi, agama dan lainnya.
1.Manfaat biologi dalam bidang pertanian
Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan lahan pertanian semakin sempit dan tentu akan berakibat masalah pada pemenuhan kebutuhan pangan.. untuk itu perlu solusi untuk menanggulangi masalah yang dapat muncul, seperti kelaparan. Dan biologi memiliki peranan penting untuk usaha ini. Contohnya, untuk memaksimalkan hasil pertanian atau hasil panen padi, ilmuwan biologi melakukan penelitian tentang bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan hasil panen dengan lahan yang sempit. Ditemukannya bibit padi unggul adalah salah satu hasil penelitian ilmuwan yang sudah kita rasakan manfaatnya .
Selain tanaman pangan, kebutuhan lain seperti buah-buahan dan sayur-sayuran yang sehat dan segar juga pemberantasan hama tanpa pestisida atau pemberantasan hama secara biologi (pemberantasan hama denngan menggunakan organisme lainnya) adalah merupakan hasil dan manfaat biologi dalam bidang pertanian.
2.Manfaat biologi dalam bidang kedokteran
Pendidikan biologi sangat membantu dalam bidang kedokteran, seperti ditemukannya antibiotik penisilin dari jamur oleh Alexander Fleming. Dan sampai sekarang antibiotik ini masih digunakan untuk pengobatan.
3.Manfaat biologi di bidang makanan
Banyak makanan yang dihasilkan dari pemanfaatan ilmu biologi. Biasanya makanan itu memiliki kekhasan dari segi bentuk rasanya. Contohnya seperti nata de coco, roti, keju, tempe, kecap dan masih banyak makanan lainnya. Pemanfaatan biologi dalam bidang makanan sangat membantu pemenuhan kebutuhan makanan bagi manusia yang semakin tinggi.
4.Manfaat biologi di bidang peternakan
Jumlah penduduk semakin meningkat tentu menuntut pemenuhan kebutuhan pangan meningkat juga. Selain dari tanam-tanaman, makanan yang berasal dari hewan ternak juga penting untuk dicukupi. Karena banyak zat makanan yang bernilai gizi tinggi yang dapat diperoleh dari hewan ternak. Oleh karena itu pemanfaatan biologi untuk menghasilkan bibit ternak unggul yang bisa memproduksi dalam waktu yang cepat dan jumlah yang besar sangat membantu bidang peternakan.
5.Manfaat biologi di bidang kesehatan
Pendidikan biologi membantu manusia untuk memahami dasar-dasar penyebab suatu penyakit sehingga dengannya manusia bisa mencegah diri dari berbagai penyakit yang bisa membahayakan dirinya, seperti penyakit maag, gagal ginjal, penyakit kulit, penyakit dan gangguan pada sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem gerak, sistem ekskresi, sistem reproduksi dan lain-lain, menjaga atau memulihkan kembali kesehatan tubuhnya . Di lembaga pendidikan tingkat SMP dan SMA, peserta didik diberi ilmu tentang struktur organ-organ tubuhnya, fungsi dari masing-masing organ tersebut, bagaimana menjaganya sehingga tidak rusak dan berfungsi sebagaimana mestinya, apa saja akibat yang terjadi jika tidak menjaga kesehatan organ-organ tubuh tersebut dan sebagainya. Dengan ilmu tersebut (walaupun ilmu itu belum cukup), peserta didik diharapkan mempunyai sikap yang positip untuk hidup sehat. Dan tentunya akan meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat.
6.Manfaat biologi di bidang ekonomi
Pemanfaatan bioteknologi (yang merupakan salah satu cabang ilmu biologi) untuk menghasilkan makanan selain bergizi tinggi juga dapat bernilai ekonomi tinggi. Campur tangan manusia dalam vegetatif buatan untuk menghasilkan tanaman yang unik, budidaya tanaman, ilmu peningkatan hasil pertanian dan peternakan dan lainnya bisa menghasilkan materi yang tidak sedikit. Dan pemanfaatan biologi telah memberikan peluang besar bagi masyarakat untuk membuka usaha sendiri sehingga dengan itu akan meningkatkan income masyarakat luas. masyarakat dapat menambah pendapatannya sehingga ekonomi masyarakat juga membaik., ada bahasan tentang bagaimana cara meningkatkan produksi tanaman, bagaimana memperbanyak tanaman dalam waktu yang singkat, bagaimana memodifikasi tanaman hias tertentu sehingga lebih menarik dan mempunyai nilai ekonomis dan seterusnya, dan itu bisa dimanfaatkan manusia untuk pertanian yang lebih baik untuk hasil yang lebih baik.
Pendidikan biologi telah memberikan banyak hal untuk manusia. Biologi memberikan kita kesempatan untuk memperoleh pengetahuan tentang diri kita dan makhluk hidup lainnya yang berguna bagi kehidupan kita sehari-hari. Mempelajari tentang diri kita berarti kesempatan untuk lebih mengenal siapa diri kita, jati diri kita. Semakin kita mengenal diri kita semakin kita mengenal Tuhan kita, dan ini akan membawa ummat manusia semakin dekat dengan Tuhannya, dan pada akhirnya akan berdampak pada tatanan sosial yang semakn baik.
Banyak manfaat biologi bagi kahidupan manusia. Pemanfaatan biologi yang proporsional akan membawa dampak baik bagi kesejahteraan manusia baik secara materi maupun immateri.

Sabtu, 18 September 2010

struktur sel

STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 
Sel  adalah unit struktural dan fungsional terkecil makhluk hidup dimana keberadaannya sangat berpengaruh terhadap kepribadian dan tingkah laku dari masing masing makhluk hidup

Teori sel
1.    Robert Hooke (Inggris, 1665) meneliti sayatan gabus di bawah mikroskop. Hasil pengamatannya ditemukan rongga-rongga yang disebut sel (cellula)
2.    Hanstein (1880) menyatakan bahwa sel tidak hanya berarti cytos (tempat yang berongga), tetapi juga berarti cella (kantong yang berisi)
3.    Felix Durjadin (Prancis, 1835) meneliti beberapa jenis sel hidup dan menemukan isi dalam, rongga sel tersebut yang penyusunnya disebut “Sarcode”
4.    Johanes Purkinje (1787-1869) mengadakan perubahan nama Sarcode menjadi Protoplasma
5.    Matthias Schleiden (ahli botani) dan Theodore Schwann (ahli zoologi) tahun 1838 menemukan adanya kesamaan yang terdapat pada struktur jaringan tumbuhan dan hewan. Mereka mengajukan konsep bahwa makhluk hidup terdiri atas sel . konsep yang diajukan tersebut menunjukkan bahwa sel merupakan satuan structural makhluk hidup.
6.    Robert Brown (Scotlandia, 1831) menemukan benda kecil yang melayang-layang pada protoplasma yaitu inti (nucleus)
7.    Max Shultze (1825-1874) ahli anatomi menyatakan sel merupakan kesatuan fungsional makhluk hidup
8.    Rudolf Virchow (1858) menyatakan bahwa setiap cel berasal dari cel sebelumnya (omnis celulla ex celulla)
Berdasarkan Keadaan Inti, sel terdiri atas 2 macam :
a.    Sel Prokarion
sel yang intinya tidak memiliki membran, materi inti tersebar dalam   sitoplasma (sel yang memiliki satu system membran. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah bakteri dan alga biru
b.    Sel Eukarion
sel yang intinya memiliki membran. Materi inti dibatasi oleh satu system membran terpisah dari sitoplasma. Yang termasuk kelompok ini adalah semua makhluk hidup kecuali bakteri dan alga biru
Struktur sel
Prokariotik lebih sederhana dibandingkan struktur sel eukariotik. Akan tetapi, sel prokariotik mempunyai ribosom (tempat protein dibentuk) yang sangat banyak. Sel prokariotik dan sel eukariotik memiliki beberapa perbedaan sebagai berikut :
Sel Prokariotik
- Tidak memiliki inti sel yang jelas karena tidak memiliki membran inti sel yang dinamakan nucleoid
- Organel-organelnya tidak dibatasi membran
- Membran sel tersusun atas senyawa peptidoglikan
- Diameter sel antara 1-10mm
- Mengandung 4 subunit RNA polymerase
- Susunan kromosomnya sirkuler
Sel Eukariotik
- Memiliki inti sel yang dibatasi oleh membran inti dan dinamakan nucleus
- Organel-organelnya dibatasi membran
- Membran selnya tersusun atas fosfolipid
- Diameter selnya antara 10-100mm
- Mengandungbanyak subunit RNA polymerase
- Susunan kromosomnya linier
 


Macam Sel Berdasarkan Keadaan Kromosom dan Fungsinya
a. Sel Somatis, sel yang menyusun tubuh dan bersifat diploid
b. Sel Germinal. sel kelamin yang berfungsi untuk reproduksi dan bersifat haploid
Bagian-bagian Sel
- Bagian hidup(komponen protoplasma), terdiri atas inti dan sitoplasma termasuk cairan dan struktur sel seperti : mitokondria, badan golgi, dll
- Bagian mati (inklusio), terdiri atas dinding sel dan isi vakuola
mari kita bahas masing-masing bagian satu per satu
a.     Dinding sel
Hanya terdapat pada sel tumbuhan. Terdiri dari selulosa yang kuat yang dapat memberikan sokongan, perlindungan, dan untuk memberi bentuk sel. Terdapat rongga sehingga memungkinkan pertukaran zat dari, dan, keluar dalam sel.Dinding sel juga berfungsi untuk menyokong tumbuhan yang tidak berkayu.Dinding sel terdiri dari Selulosa (sebagian besar), hemiselulosa, pektin, lignin, kitin, garam karbonat dan silikat dari Ca dan Mg.
b. Membran Plasma
Membran sel merupakan lapisan yang melindungi inti sel dan sitoplasma, membungkus organel-organel dalam sel. Membran sel juga merupakan alat transportasi bagi sel yaitu tempat masuk dan keluarnya zat-zat yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh sel. Struktur membran ialah dua lapis lipid (lipid bilayer) dan memiliki permeabilitas tertentu sehingga tidak semua molekul dapat melalui membran sel.
Membran merupakan 2 lapisan lemak dalam bentuk fluida dengan molekul lipid yang dapat berpindah secara lateral di sepanjang lapisan membran. Protein membran tersusun secara tidak beraturan yang menembus lapisan lemak. Jadi dapat dikatakan membran sel sebagai struktur yang dinamis dimana komponen-komponennya bebas bergerak dan dapat terikat bersama dalam berbagai bentuk interaksi semipermanen Komponen penyusun membran sel antara lain adalah phosfolipids, protein, oligosakarida, glikolipid, dan kolesterol.
Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik (CO2, O2), dan molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara itu, molekul lainnya seperti molekul polar dengan ukuran besar (glukosa), ion, dan substansi hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar dapat masuk ke dalam sel.
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu lintas membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transpor pasif untuk molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus.
Transpor pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien konsentrasinya. Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi merupakan contoh dari transpor pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal yang meningkatkan entropi atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang lebih acak. Difusi akan berlanjut selama respirasi seluler yang mengkonsumsi O2 masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi membran selektif yang arah perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat terlarut total (dari hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya.
Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa. Transpor pasif air dilakukan lipid bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi transporter. Ion polar berdifusi dengan bantuan protein transpor.
Transpor aktif
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor aktif ialah channel protein dan carrier protein, serta ionophore.
c. Mitokondria
Mitokondria adalah tempat di mana fungsi respirasi pada makhluk hidup berlangsung. Respirasi merupakan proses perombakan atau katabolisme untuk menghasilkan energi atau tenaga bagi berlangsungnya proses hidup. Dengan demikian, mitokondria adalah “pembangkit tenaga” bagi sel.
Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot jantung. Jumlah dan bentuk mitokondria bisa berbeda-beda untuk setiap sel. Mitokondria berbentuk elips dengan diameter 0,5 µm dan panjang 0,5 – 1,0 µm. Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam membran [Cooper, 2000].
Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang sama serta mengandung protein porin yang menyebabkan membran ini bersifat permeabel terhadap molekul-molekul kecil yang berukuran 6000 Dalton. Dalam hal ini, membran luar mitokondria menyerupai membran luar bakteri gram-negatif. Selain itu, membran luar juga mengandung enzim yang terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam proses transpor lipid ke matriks untuk menjalani ?-oksidasi menghasilkan Asetil KoA.
Membran dalam yang kurang permeabel dibandingkan membran luar terdiri dari 20% lipid dan 80% protein. Membran ini merupakan tempat utama pembentukan ATP. Luas permukaan ini meningkat sangat tinggi diakibatkan banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam matriks, disebut krista [Lodish, 2001]. Stuktur krista ini meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran dalam mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein transpor yang mengatur keluar masuknya metabolit dari matriks melewati membran dalam.
Ruang antar membran yang terletak diantara membran luar dan membran dalam merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel, seperti siklus Krebs, reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi ?-oksidasi asam lemak. Di dalam matriks mitokondria juga terdapat materi genetik, yang dikenal dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik serta ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium
d. Lisosom
Lisosom adalah organel sel berupa kantong terikat membran yang berisi enzim hidrolitik yang berguna untuk mengontrol pencernaan intraseluler pada berbagai keadaan. Lisosom ditemukan pada tahun 1950 oleh Christian de Duve dan ditemukan pada semua sel eukariotik. Di dalamnya, organel ini memiliki 40 jenis enzim hidrolitik asam seperti protease, nuklease, glikosidase, lipase, fosfolipase, fosfatase, ataupun sulfatase. Semua enzim tersebut aktif pada pH 5. Fungsi utama lisosom adalah endositosis, fagositosis, dan autofagi.
- Endositosis ialah pemasukan makromolekul dari luar sel ke dalam sel melalui mekanisme endositosis, yang kemudian materi-materi ini akan dibawa ke vesikel kecil dan tidak beraturan, yang disebut endosom awal. Beberapa materi tersebut dipilah dan ada yang digunakan kembali (dibuang ke sitoplasma), yang tidak dibawa ke endosom lanjut. Di endosom lanjut, materi tersebut bertemu pertama kali dengan enzim hidrolitik. Di dalam endosom awal, pH sekitar 6. Terjadi penurunan pH (5) pada endosom lanjut sehingga terjadi pematangan dan membentuk lisosom.
- Proses autofagi digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian sel sendiri, seperti organel yang tidak berfungsi lagi. Mula-mula, bagian dari retikulum endoplasma kasar menyelubungi organel dan membentuk autofagosom. Setelah itu, autofagosom berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (atau endosom lanjut). Proses ini berguna pada sel hati, transformasi berudu menjadi katak, dan embrio manusia.
- Fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan mikroorganisme seperti bakteri dan virus ke dalam sel. Pertama, membran akan membungkus partikel atau mikroorganisme dan membentuk fagosom. Kemudian, fagosom akan berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (endosom lanjut).
e. Badan Golgi
Badan Golgi (disebut juga aparatus Golgi, kompleks Golgi atau diktiosom) adalah organel yang dikaitkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa. Organel ini terdapat hampir di semua sel eukariotik dan banyak dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal. Setiap sel hewan memiliki 10 hingga 20 badan Golgi, sedangkan sel tumbuhan memiliki hingga ratusan badan Golgi. Badan Golgi pada tumbuhan biasanya disebut diktiosom.
Badan Golgi ditemukan oleh seorang ahli histologi dan patologi berkebangsaan Italia yang bernama Camillo Golgi. Beberapa fungsi badan golgi antara lain :
1. Membentuk kantung (vesikula) untuk sekresi. Terjadi terutama pada sel-sel kelenjar kantung kecil tersebut, berisi enzim dan bahan-bahan lain.
2. Membentuk membran plasma. Kantung atau membran golgi sama seperti membran plasma. Kantung yang dilepaskan dapat menjadi bagian dari membran plasma.
3. Membentuk dinding sel tumbuhan
4. Fungsi lain ialah dapat membentuk akrosom pada spermatozoa yang berisi enzim untuk memecah dinding sel telur dan pembentukan lisosom.
5. Tempat untuk memodifikasi protein
6. Untuk menyortir dan memaket molekul-molekul untuk sekresi sel
7. Untuk membentuk lisosom
f. Retikulum Endoplasma
RETIKULUM ENDOPLASMA (RE) adalah organel yang dapat ditemukan di seluruh sel hewan eukariotik.
Retikulum endoplasma memiliki struktur yang menyerupai kantung berlapis-lapis. Kantung ini disebut cisternae. Fungsi retikulum endoplasma bervariasi, tergantung pada jenisnya. Retikulum Endoplasma (RE) merupakan labirin membran yang demikian banyak sehingga retikulum endoplasma melipiti separuh lebih dari total membran dalam sel-sel eukariotik. (kata endoplasmik berarti “di dalam sitoplasma” dan retikulum diturunkan dari bahasa latin yang berarti “jaringan”).
Retikulum endoplasma terdiri atas RE kasar dan RE halus.
Di permukaan RE kasar, terdapat bintik-bintik yang merupakan ribosom. Ribosom ini berperan dalam sintesis protein. Maka, fungsi utama RE kasar adalah sebagai tempat sintesis protein. RE halus Berbeda dari RE kasar, RE halus tidak memiliki bintik-bintik ribosom di permukaannya. RE halus berfungsi dalam beberapa proses metabolisme yaitu sintesis lipid, metabolisme karbohidrat dan konsentrasi kalsium, detoksifikasi obat-obatan, dan tempat melekatnya reseptor pada protein membran sel. RE halus mensintesis molekul.
g. Nukleus
Inti sel atau nukleus sel adalah organel yang ditemukan pada sel eukariotik. Organel ini mengandung sebagian besar materi genetik sel dengan bentuk molekul DNA linear panjang yang membentuk kromosom bersama dengan beragam jenis protein seperti histon. Gen di dalam kromosom-kromosom inilah yang membentuk genom inti sel. Fungsi utama nukleus adalah untuk menjaga integritas gen-gen tersebut dan mengontrol aktivitas sel dengan mengelola ekspresi gen. Selain itu, nukleus juga berfungsi untuk mengorganisasikan gen saat terjadi pembelahan sel, memproduksi mRNA untuk mengkodekan protein, sebagai tempat sintesis ribosom, tempat terjadinya replikasi dan transkripsi dari DNA, serta mengatur kapan dan di mana ekspresi gen harus dimulai, dijalankan, dan diakhiri
h. Plastida
Plastida adalah organel sel yang menghasilkan warna pada sel tumbuhan. ada tiga macam plastida, yaitu :
- leukoplast : plastida yang berbentuk amilum(tepung)
- kloroplast : plastida yang umumnya berwarna hijau. terdiri dari : klorofil a dan b (untuk fotosintesis), xantofil, dan karoten

- kromoplast : plastida yang banyak mengandung karoten
i. Sentriol (sentrosom)
Sentorom merupakan wilayah yang terdiri dari dua sentriol (sepasang sentriol) yang terjadi ketika pembelahan sel, dimana nantinya tiap sentriol ini akan bergerak ke bagian kutub-kutub sel yang sedang membelah. Pada siklus sel di tahapan interfase, terdapat fase S yang terdiri dari tahap duplikasi kromoseom, kondensasi kromoson, dan duplikasi sentrosom.
Terdapat sejumlah fase tersendiri dalam duplikasi sentrosom, dimulai dengan G1 dimana sepasang sentriol akan terpisah sejauh beberapa mikrometer. Kemudian dilanjutkan dengan S, yaitu sentirol anak akan mulai terbentuk sehingga nanti akan menjadi dua pasang sentriol. Fase G2 merupakan tahapan ketika sentriol anak yang baru terbentuk tadi telah memanjang. Terakhir ialah fase M dimana sentriol bergerak ke kutub-kutub pembelahan dan berlekatan dengan mikrotubula yang tersusun atas benang-benang spindel.
j. Vakuola
Vakuola merupakan ruang dalam sel yang berisi cairan (cell sap dalam bahasa Inggris). Cairan ini adalah air dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya. Vakuola ditemukan pada semua sel tumbuhan namun tidak dijumpai pada sel hewan dan bakteri, kecuali pada hewan uniseluler tingkat rendah.
Fungsi vakuola adalah :
1. memelihara tekanan osmotik sel
2. penyimpanan hasil sintesa berupa glikogen, fenol, dll
3. mengadakan sirkulasi zat dalam sel
Perbedaan Sel Hewan dan Tumbuhan
1. Sel Hewan :
* tidak memiliki dinding sel
* tidak memiliki butir plastida
* bentuk tidak tetap karena hanya memiliki membran sel yang keadaannya tidak kaku
* jumlah mitokondria relatif banyak
* vakuolanya banyak dengan ukuran yang relatif kecil
* sentrosom dan sentriol tampak jelas
2. Sel Tumbuhan
* memiliki dinding sel
* memiliki butir plastida
* bentuk tetap karena memiliki dinding sel yang terbuat dari cellulosa
* jumlah mitokondria relatif sedikit karena fungsinya dibantu oleh butir plastida
* vakuola sedikit tapi ukurannya besar
* sentrosom dan sentriolnya tidak ada

STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 
Sel  adalah unit struktural dan fungsional terkecil makhluk hidup dimana keberadaannya sangat berpengaruh terhadap kepribadian dan tingkah laku dari masing masing makhluk hidup

Teori sel
1.    Robert Hooke (Inggris, 1665) meneliti sayatan gabus di bawah mikroskop. Hasil pengamatannya ditemukan rongga-rongga yang disebut sel (cellula)
2.    Hanstein (1880) menyatakan bahwa sel tidak hanya berarti cytos (tempat yang berongga), tetapi juga berarti cella (kantong yang berisi)
3.    Felix Durjadin (Prancis, 1835) meneliti beberapa jenis sel hidup dan menemukan isi dalam, rongga sel tersebut yang penyusunnya disebut “Sarcode”
4.    Johanes Purkinje (1787-1869) mengadakan perubahan nama Sarcode menjadi Protoplasma
5.    Matthias Schleiden (ahli botani) dan Theodore Schwann (ahli zoologi) tahun 1838 menemukan adanya kesamaan yang terdapat pada struktur jaringan tumbuhan dan hewan. Mereka mengajukan konsep bahwa makhluk hidup terdiri atas sel . konsep yang diajukan tersebut menunjukkan bahwa sel merupakan satuan structural makhluk hidup.
6.    Robert Brown (Scotlandia, 1831) menemukan benda kecil yang melayang-layang pada protoplasma yaitu inti (nucleus)
7.    Max Shultze (1825-1874) ahli anatomi menyatakan sel merupakan kesatuan fungsional makhluk hidup
8.    Rudolf Virchow (1858) menyatakan bahwa setiap cel berasal dari cel sebelumnya (omnis celulla ex celulla)
Berdasarkan Keadaan Inti, sel terdiri atas 2 macam :
a.    Sel Prokarion
sel yang intinya tidak memiliki membran, materi inti tersebar dalam   sitoplasma (sel yang memiliki satu system membran. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah bakteri dan alga biru
b.    Sel Eukarion
sel yang intinya memiliki membran. Materi inti dibatasi oleh satu system membran terpisah dari sitoplasma. Yang termasuk kelompok ini adalah semua makhluk hidup kecuali bakteri dan alga biru
Struktur sel
Prokariotik lebih sederhana dibandingkan struktur sel eukariotik. Akan tetapi, sel prokariotik mempunyai ribosom (tempat protein dibentuk) yang sangat banyak. Sel prokariotik dan sel eukariotik memiliki beberapa perbedaan sebagai berikut :
Sel Prokariotik
- Tidak memiliki inti sel yang jelas karena tidak memiliki membran inti sel yang dinamakan nucleoid
- Organel-organelnya tidak dibatasi membran
- Membran sel tersusun atas senyawa peptidoglikan
- Diameter sel antara 1-10mm
- Mengandung 4 subunit RNA polymerase
- Susunan kromosomnya sirkuler
Sel Eukariotik
- Memiliki inti sel yang dibatasi oleh membran inti dan dinamakan nucleus
- Organel-organelnya dibatasi membran
- Membran selnya tersusun atas fosfolipid
- Diameter selnya antara 10-100mm
- Mengandungbanyak subunit RNA polymerase
- Susunan kromosomnya linier
 


Macam Sel Berdasarkan Keadaan Kromosom dan Fungsinya
a. Sel Somatis, sel yang menyusun tubuh dan bersifat diploid
b. Sel Germinal. sel kelamin yang berfungsi untuk reproduksi dan bersifat haploid
Bagian-bagian Sel
- Bagian hidup(komponen protoplasma), terdiri atas inti dan sitoplasma termasuk cairan dan struktur sel seperti : mitokondria, badan golgi, dll
- Bagian mati (inklusio), terdiri atas dinding sel dan isi vakuola
mari kita bahas masing-masing bagian satu per satu
a.     Dinding sel
Hanya terdapat pada sel tumbuhan. Terdiri dari selulosa yang kuat yang dapat memberikan sokongan, perlindungan, dan untuk memberi bentuk sel. Terdapat rongga sehingga memungkinkan pertukaran zat dari, dan, keluar dalam sel.Dinding sel juga berfungsi untuk menyokong tumbuhan yang tidak berkayu.Dinding sel terdiri dari Selulosa (sebagian besar), hemiselulosa, pektin, lignin, kitin, garam karbonat dan silikat dari Ca dan Mg.
b. Membran Plasma
Membran sel merupakan lapisan yang melindungi inti sel dan sitoplasma, membungkus organel-organel dalam sel. Membran sel juga merupakan alat transportasi bagi sel yaitu tempat masuk dan keluarnya zat-zat yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh sel. Struktur membran ialah dua lapis lipid (lipid bilayer) dan memiliki permeabilitas tertentu sehingga tidak semua molekul dapat melalui membran sel.
Membran merupakan 2 lapisan lemak dalam bentuk fluida dengan molekul lipid yang dapat berpindah secara lateral di sepanjang lapisan membran. Protein membran tersusun secara tidak beraturan yang menembus lapisan lemak. Jadi dapat dikatakan membran sel sebagai struktur yang dinamis dimana komponen-komponennya bebas bergerak dan dapat terikat bersama dalam berbagai bentuk interaksi semipermanen Komponen penyusun membran sel antara lain adalah phosfolipids, protein, oligosakarida, glikolipid, dan kolesterol.
Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik (CO2, O2), dan molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara itu, molekul lainnya seperti molekul polar dengan ukuran besar (glukosa), ion, dan substansi hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar dapat masuk ke dalam sel.
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu lintas membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transpor pasif untuk molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus.
Transpor pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien konsentrasinya. Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi merupakan contoh dari transpor pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal yang meningkatkan entropi atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang lebih acak. Difusi akan berlanjut selama respirasi seluler yang mengkonsumsi O2 masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi membran selektif yang arah perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat terlarut total (dari hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya.
Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa. Transpor pasif air dilakukan lipid bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi transporter. Ion polar berdifusi dengan bantuan protein transpor.
Transpor aktif
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor aktif ialah channel protein dan carrier protein, serta ionophore.
c. Mitokondria
Mitokondria adalah tempat di mana fungsi respirasi pada makhluk hidup berlangsung. Respirasi merupakan proses perombakan atau katabolisme untuk menghasilkan energi atau tenaga bagi berlangsungnya proses hidup. Dengan demikian, mitokondria adalah “pembangkit tenaga” bagi sel.
Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot jantung. Jumlah dan bentuk mitokondria bisa berbeda-beda untuk setiap sel. Mitokondria berbentuk elips dengan diameter 0,5 µm dan panjang 0,5 – 1,0 µm. Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam membran [Cooper, 2000].
Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang sama serta mengandung protein porin yang menyebabkan membran ini bersifat permeabel terhadap molekul-molekul kecil yang berukuran 6000 Dalton. Dalam hal ini, membran luar mitokondria menyerupai membran luar bakteri gram-negatif. Selain itu, membran luar juga mengandung enzim yang terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam proses transpor lipid ke matriks untuk menjalani ?-oksidasi menghasilkan Asetil KoA.
Membran dalam yang kurang permeabel dibandingkan membran luar terdiri dari 20% lipid dan 80% protein. Membran ini merupakan tempat utama pembentukan ATP. Luas permukaan ini meningkat sangat tinggi diakibatkan banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam matriks, disebut krista [Lodish, 2001]. Stuktur krista ini meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran dalam mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein transpor yang mengatur keluar masuknya metabolit dari matriks melewati membran dalam.
Ruang antar membran yang terletak diantara membran luar dan membran dalam merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel, seperti siklus Krebs, reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi ?-oksidasi asam lemak. Di dalam matriks mitokondria juga terdapat materi genetik, yang dikenal dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik serta ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium
d. Lisosom
Lisosom adalah organel sel berupa kantong terikat membran yang berisi enzim hidrolitik yang berguna untuk mengontrol pencernaan intraseluler pada berbagai keadaan. Lisosom ditemukan pada tahun 1950 oleh Christian de Duve dan ditemukan pada semua sel eukariotik. Di dalamnya, organel ini memiliki 40 jenis enzim hidrolitik asam seperti protease, nuklease, glikosidase, lipase, fosfolipase, fosfatase, ataupun sulfatase. Semua enzim tersebut aktif pada pH 5. Fungsi utama lisosom adalah endositosis, fagositosis, dan autofagi.
- Endositosis ialah pemasukan makromolekul dari luar sel ke dalam sel melalui mekanisme endositosis, yang kemudian materi-materi ini akan dibawa ke vesikel kecil dan tidak beraturan, yang disebut endosom awal. Beberapa materi tersebut dipilah dan ada yang digunakan kembali (dibuang ke sitoplasma), yang tidak dibawa ke endosom lanjut. Di endosom lanjut, materi tersebut bertemu pertama kali dengan enzim hidrolitik. Di dalam endosom awal, pH sekitar 6. Terjadi penurunan pH (5) pada endosom lanjut sehingga terjadi pematangan dan membentuk lisosom.
- Proses autofagi digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian sel sendiri, seperti organel yang tidak berfungsi lagi. Mula-mula, bagian dari retikulum endoplasma kasar menyelubungi organel dan membentuk autofagosom. Setelah itu, autofagosom berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (atau endosom lanjut). Proses ini berguna pada sel hati, transformasi berudu menjadi katak, dan embrio manusia.
- Fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan mikroorganisme seperti bakteri dan virus ke dalam sel. Pertama, membran akan membungkus partikel atau mikroorganisme dan membentuk fagosom. Kemudian, fagosom akan berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (endosom lanjut).
e. Badan Golgi
Badan Golgi (disebut juga aparatus Golgi, kompleks Golgi atau diktiosom) adalah organel yang dikaitkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa. Organel ini terdapat hampir di semua sel eukariotik dan banyak dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal. Setiap sel hewan memiliki 10 hingga 20 badan Golgi, sedangkan sel tumbuhan memiliki hingga ratusan badan Golgi. Badan Golgi pada tumbuhan biasanya disebut diktiosom.
Badan Golgi ditemukan oleh seorang ahli histologi dan patologi berkebangsaan Italia yang bernama Camillo Golgi. Beberapa fungsi badan golgi antara lain :
1. Membentuk kantung (vesikula) untuk sekresi. Terjadi terutama pada sel-sel kelenjar kantung kecil tersebut, berisi enzim dan bahan-bahan lain.
2. Membentuk membran plasma. Kantung atau membran golgi sama seperti membran plasma. Kantung yang dilepaskan dapat menjadi bagian dari membran plasma.
3. Membentuk dinding sel tumbuhan
4. Fungsi lain ialah dapat membentuk akrosom pada spermatozoa yang berisi enzim untuk memecah dinding sel telur dan pembentukan lisosom.
5. Tempat untuk memodifikasi protein
6. Untuk menyortir dan memaket molekul-molekul untuk sekresi sel
7. Untuk membentuk lisosom
f. Retikulum Endoplasma
RETIKULUM ENDOPLASMA (RE) adalah organel yang dapat ditemukan di seluruh sel hewan eukariotik.
Retikulum endoplasma memiliki struktur yang menyerupai kantung berlapis-lapis. Kantung ini disebut cisternae. Fungsi retikulum endoplasma bervariasi, tergantung pada jenisnya. Retikulum Endoplasma (RE) merupakan labirin membran yang demikian banyak sehingga retikulum endoplasma melipiti separuh lebih dari total membran dalam sel-sel eukariotik. (kata endoplasmik berarti “di dalam sitoplasma” dan retikulum diturunkan dari bahasa latin yang berarti “jaringan”).
Retikulum endoplasma terdiri atas RE kasar dan RE halus.
Di permukaan RE kasar, terdapat bintik-bintik yang merupakan ribosom. Ribosom ini berperan dalam sintesis protein. Maka, fungsi utama RE kasar adalah sebagai tempat sintesis protein. RE halus Berbeda dari RE kasar, RE halus tidak memiliki bintik-bintik ribosom di permukaannya. RE halus berfungsi dalam beberapa proses metabolisme yaitu sintesis lipid, metabolisme karbohidrat dan konsentrasi kalsium, detoksifikasi obat-obatan, dan tempat melekatnya reseptor pada protein membran sel. RE halus mensintesis molekul.
g. Nukleus
Inti sel atau nukleus sel adalah organel yang ditemukan pada sel eukariotik. Organel ini mengandung sebagian besar materi genetik sel dengan bentuk molekul DNA linear panjang yang membentuk kromosom bersama dengan beragam jenis protein seperti histon. Gen di dalam kromosom-kromosom inilah yang membentuk genom inti sel. Fungsi utama nukleus adalah untuk menjaga integritas gen-gen tersebut dan mengontrol aktivitas sel dengan mengelola ekspresi gen. Selain itu, nukleus juga berfungsi untuk mengorganisasikan gen saat terjadi pembelahan sel, memproduksi mRNA untuk mengkodekan protein, sebagai tempat sintesis ribosom, tempat terjadinya replikasi dan transkripsi dari DNA, serta mengatur kapan dan di mana ekspresi gen harus dimulai, dijalankan, dan diakhiri
h. Plastida
Plastida adalah organel sel yang menghasilkan warna pada sel tumbuhan. ada tiga macam plastida, yaitu :
- leukoplast : plastida yang berbentuk amilum(tepung)
- kloroplast : plastida yang umumnya berwarna hijau. terdiri dari : klorofil a dan b (untuk fotosintesis), xantofil, dan karoten

- kromoplast : plastida yang banyak mengandung karoten
i. Sentriol (sentrosom)
Sentorom merupakan wilayah yang terdiri dari dua sentriol (sepasang sentriol) yang terjadi ketika pembelahan sel, dimana nantinya tiap sentriol ini akan bergerak ke bagian kutub-kutub sel yang sedang membelah. Pada siklus sel di tahapan interfase, terdapat fase S yang terdiri dari tahap duplikasi kromoseom, kondensasi kromoson, dan duplikasi sentrosom.
Terdapat sejumlah fase tersendiri dalam duplikasi sentrosom, dimulai dengan G1 dimana sepasang sentriol akan terpisah sejauh beberapa mikrometer. Kemudian dilanjutkan dengan S, yaitu sentirol anak akan mulai terbentuk sehingga nanti akan menjadi dua pasang sentriol. Fase G2 merupakan tahapan ketika sentriol anak yang baru terbentuk tadi telah memanjang. Terakhir ialah fase M dimana sentriol bergerak ke kutub-kutub pembelahan dan berlekatan dengan mikrotubula yang tersusun atas benang-benang spindel.
j. Vakuola
Vakuola merupakan ruang dalam sel yang berisi cairan (cell sap dalam bahasa Inggris). Cairan ini adalah air dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya. Vakuola ditemukan pada semua sel tumbuhan namun tidak dijumpai pada sel hewan dan bakteri, kecuali pada hewan uniseluler tingkat rendah.
Fungsi vakuola adalah :
1. memelihara tekanan osmotik sel
2. penyimpanan hasil sintesa berupa glikogen, fenol, dll
3. mengadakan sirkulasi zat dalam sel
Perbedaan Sel Hewan dan Tumbuhan
1. Sel Hewan :
* tidak memiliki dinding sel
* tidak memiliki butir plastida
* bentuk tidak tetap karena hanya memiliki membran sel yang keadaannya tidak kaku
* jumlah mitokondria relatif banyak
* vakuolanya banyak dengan ukuran yang relatif kecil
* sentrosom dan sentriol tampak jelas
2. Sel Tumbuhan
* memiliki dinding sel
* memiliki butir plastida
* bentuk tetap karena memiliki dinding sel yang terbuat dari cellulosa
* jumlah mitokondria relatif sedikit karena fungsinya dibantu oleh butir plastida
* vakuola sedikit tapi ukurannya besar
* sentrosom dan sentriolnya tidak ada

faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada tumbuhan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA TUMBUHAN

Secara umum pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1.    Faktor Internal
Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan itu sendiri meliputi faktor keturunan (gen), enzim dan hormon. Enzim dan horomon diproduksi oleh tumbuhan sendiri untuk pertumbuhan dan perkembangannya, melalui proses metabolisme.
a.    Gen
Berhubungan dengan sifat-sifat yang diturunkan dari induk kepada tumbuhan itu sendiri. Berfungsi mengendalikan seluruh aktivitas yang terjadi di dalam sel termasuk pertumbuhan dan perkembangannya.
b.    Enzim
Suatu protein (makromolekul) yang berperan mempercepat reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup tanpa ikut bereaksi dan menurunkan energi aktivasi dalam tiap reaksi sehingga energi yang diperlukan ketika reaksi lebih rendah.
Enzim bekerja pada substrat, temperatur dan pH tertentu.
c.    Hormon
Hormon tumbuhan atau fitohormon adalah zat pengatur yang dihasilkan oleh tumbuhan yang dalam konsentrasi rendah mengatur proses – proses fisiologis dalam tubuh tumbuhan. Sedang pengatur tumbuh merupakan senyawa – senyawa organik selain nutrisi, baik yang dihasilkan sendiri oleh tumbuhan maupun senyawa – senyawa kimia sintetik yang dalam jumlah kecil memacu, menghambat atau sebaliknya mengubah beberapa proses fisiologis dalam tumbuhan.
Istilah pengatur pertumbuhan tanaman meliputi kategori luas yaitu substansi organik (selain vitamin dan unsur mikro) yang dalam jumlah sedikit merangsang, menghambat, atau sebaliknya mengubah proses fisiologis.
Pengatur pertumbuhan tanaman diantaranya yaitu auksin, sitokinin, asam traumalin, giberelin, asam absisat dormin, gas etilen dan kalin (ASTAGA DEK).


Fungsi hormon Auksin :
1.    Merangsang pemanjangn sel pada daerah titik tumbuh
2.    Merangsang pembentukkan akar
3.    Merangsang pembentukkan buah tanpa biji (partenokarpi)
4.    Merangsang differensiasi jaringan pembuluh
5.    Merangsang absisi ( pengguguran pada daun)
6.    Berperan dalam dominansi apikal
Fungsi Sitokinin
1.    Bersama auksin, dan giberelin merangsang pembelahan dan pemanjangan sel
2.    Menghambat dominansi apikal oleh auksin
3.    Merangsang pertumbuhan kuncup lateral
4.    Merangsang pemanjangan titik tumbuh
5.    Mematahkan dormansi biji serta merangsang pertumbuhan embrio
6.    Merangsang pembentukan akar cabang
7.    Menghambat pertumbuhan akar adventive
8.    Menghambat proses penuaan (senescence) daun, bunga dan buah dengan cara mengontrol proses kemunduran yang menyebabkan kematian sel-sel daun
Fungsi Hormon Luka/Kambium luka/Asam traumalin
Hormon yang merangsang sel-sel daerah luka menjadi bersifat meristematik sehingga mampu mengadakan penutupan bagian yang luka
Fungsi Giberelin
1.    Merangsang pemanjangan batang dan pembelahan sel
2.    Merangsang perkecambahan biji
3.    Memecah dormansi biji
4.    Merangsang pembungaan dan pembuahan
Fungsi Hormon Asam Absisat (ABA)
1.    Mengurangi kecepatan pembelahan dan pemanjangan di daerah titik tumbuh
2.    Memacu pengguguran daun pada saat kemarau untuk mengurangi penguapan air
3.    Membantu menutup stomata daun untuk mengurangi penguapan
4.    Mengurangi kecepatan pembelahan dan pemanjangan sel bahkan menghentikannya
5.    Memicu berbagai jenis sel tumbuhan untuk menghasilkan gas etilen
6.    Memacu dormansi biji agar tidak berkecambah
Fungsi Hormon Dormin
Menghambat perkecambahan ( merangsang dormansi)
Fungsi hormon gas etilen
1.    Mempercepat pematangan buah
2.    Menghambat pemanjangan akar, batang dan pembungaan
3.    Menyebabkan pertumbuhan batang menjadi kokoh dann tebal
4.    Merangsang proses absisi
5.    Interaksi antara etilen dengan auksin memacu proses pembungaan
6.    Interaksi antara etilen dengan giberelin mengontrol rasio bunga jantan dengan bunga betina pada tumbuhan monoceus
Fungsi Hormon Kalin
Dihasilkan pada jaringan meristem. Berperan memacu pertumbuhan organ tubuh tumbuhan
Jenisnya adalah:
a. Fitokalin : memacu pertumbuhan daun
b.Kaulokalin: memacu pertumbuhan batang
c. Rhizokalin: memacu pertumbuhan akar
d. Anthokalin: memacu pertumbuhan bunga dan buah
e. Florigen hormon tumbuhan yang khusus merangsang pembentukan bunga

Jumat, 17 September 2010

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA TUMBUHAN



PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA TUMBUHAN
Pertumbuhan dan perkembangan adalah dua hal yang berbeda. Pertumbuhan merupakan proses pertambahan jumlah sel dan ukuran (massa ,berat, dan volume) yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali ke bentuk semula) dan kuantitatif (dapat diukur). Perkembangan yaitu proses perubahan bentuk dan fungsi (morfogenesis) menuju kedewasaan, yang  bersifat kualitatif. Perkembangan diawali dengan proses diferensiasi, disertai organogenesis hingga pembentukan individu baru. Diferensiasi adalah proses perubahan dan pembentukan sel-sel menjadi organ-organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang spesifik.
Proses pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup berjalan seiring sejalan dan sulit dipisahkan. Meski berjalan sejajar, perkembangan tidak dapat diukur sehingga tidak bisa dinyatakan dengan angka. Namun, hasil yang diakibatkan oleh proses perkembangan sangat jelas terlihat.
Pertumbuhan akan terjadi sepanjang hidup tumbuhan. Berdasarkan lamanya siklus hidup (berkecambah, berbunga, muda dan dewasa), tumbuhan dibedakan atas 3, yaitu:
1.    Tumbuhan anual
Tumbuhan yang mempunyai siklus hidup (bertahan hidup) selama lebih kurang satu tahun. Contohnya : padi dan gandum
2.    Tumbuhan bienial
Siklus hidup lebih kurang dua tahun. Pertumbuhan vegetatif terjadi pada musim atau musim panas tahun pertama, kemudian pembentukan alat generatif (bunga dan biji) pada musim panas tahun kedua. Contohnya : tumbuhan bit dan wortel
3.    Tumbuhan perenial
Siklus hidup selama beberapa tahun. Contohnya : tumbuhan jenis perdu, pohon dan beberapa jenis rumput.

A.    PERKECAMBAHAN
Periode pertumbuhan tiap jenis tumbuhan berbeda, namun semua diawali dari proses yang sama, yaitu perkecambahan. Jika embrio biji, yang merupakan calon individu baru yang terdapat dalam biji masih hidup dan tidak dalam keadaan dormansi (masa istirahat)  Berdasarkan lama waktu siklus hidupnya berada pada lingkungan yang menguntungkan, maka biji tersebut akan berkecambah. Keadaan lingkungan yang menguntungkan tersebut diantaranya adalah lingkungan yang hangat, lembab, cukup cahaya dan oksigen.
Embrio yang terdapat di dalam biji mempunyai beberapa bagian, anatara lain embrio akar (radikula), embrio daun (plumula), embrio pucuk (epikotil) dan embrio batang (hipokotil).


                Struktur biji tumbuhan dikotil

Proses perkecambahan diawali ketika biji menyerap air (imbibisi). Air menyebabkan pecahnya lapisan luar biji dan mendorong hormon dan enzim aktif bekerja. Enzim akan mengambil oksigen untuk mengaktifkan metabolisme sel, sehingga berlangsung proses oksidasi makanan cadangan yang terdapat dalam endosperm (kotiledon) biji. Dan hasil oksidasi digunakan untuk pertumbuhan biji.
Bagian biji yang tumbuh ke atas disebut epikotil, yang akan membentuk batang dan daun. Sedangkan bagian biji yang tumbuh ke bawah disebut hipokotil, yang akan membentuk akar. Kotiledon pada tumbuhan dikotil dan endosperm pada tumbuhan monokotil penyedia nutrisi bagi pertumbuhan tumbuhan yang sedang berkecambah sampai daun mampu berfotosintesis.
Perkecambahan dibedakan atas 2 macam:
a.    Perkecambahan Hipogeal
Jenis perkecambahan yang kotiledonnya tetap berada di dalam tanah. Pada umumnya  terjadi pada tumbuhan monokotil. Contohnya: kelapa, jagung, salak dan lain-lain.
b.    Perkecambahan Epigeal
Jenis perkecambahan yang kotiledonnya terangkat, muncul ke permukaan tanah. Contohnya : tanaman kacang-kacangan, mangga, kuini dan lain-lain.

Tipe perkecambahan (a) epigeal dan (b) hipogeal

Berdasarkan aktivitas jaringan yang membelahnya, pertumbuhan pada tumbuhan dibedakan atas 2 macam yaitu pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder.
1.    PERTUMBUHAN PRIMER
a.    Pertumbuhan Primer Akar
Pertumbuhan primer terjadi karena aktivitas sel-sel jaringan meristem yang terdapat pada titik tumbuh primer yang terdapat pada ujung akar, ujung batang (tunas) dan embrio . Meristem yang terdapat pada ujung akar dan ujung batang disebut meristem apikal. Sel-sel meristem merupakan sel-sel yang aktif membelah secara mitosis. Pertumbuhan primer menyebabkan pertumbuhan secara horizontal (pertumbuhan memanjang). Kegiatan meristem apikal mengakibatkan akar dan batang bertambah panjang sehingga tumbuhan tumbuh memanjang. Pertumbuhan primer memungkinkan akar masuk menembus lapisan tanah yang lebih dalam dan pucuk (tunas) memperoleh cahaya CO2 yang lebih banyak.
Berdasarkan keadaan dan sifat sel penyusunnya, akar dapat dibedakan menjadi daerah meristematis, daerah pemanjangan (elongasi), daerah pematangan (maturasi) dan daerah akar dewasa (daerah diferensiasi).
  Penampang membujur akar
Pada ujung akar terdapat tudung akar (kaliptra) yang berfungsi melindungi akar pada saat menembus lapisan tanah. Kaliptra menutupi daerah meristematis. Kaliptra berfungsi mengeluarkan cairan polisakarida untuk melumasi tanah di sekitar titik tumbuh akar sehingga tanah menjadi lunak dan mudah ditembus akar dan akar dapat menyerap unsur hara.
Meristem apikal merupakan meristem primer yang terdapat pada zona meristematis, dimana sel-selnya aktif membelah sehingga sel-selnya bertambah banyak.
Zona pemanjangan (elongasi) ditandai dengan sel-sel yang aktif memanjang. Aktivitas pemanjangan sel di zona ini lebih cepat daripada di zona meristematis. Pemanjangan sel yang maksimum menunjukkan bahwa sel-sel telah matang dan dewasa. Dinding sel akan mengalami penebalan dan jaringan primer menjadi jaringan pembuluh (xylem dan floem) serta jaringan dasar. Zona elongasi berfungsi sebagai penyimpan makanan cadangan dan berperan menekan ujung sel akar masuk ke dalam lapisan tanah sehingga akar memanjang. Makanan cadangan disimpan pada jaringan dasar yang disebut jaringan pengisi, misalnya korteks dan empulur.
Zona maturasi (pematangan) terdiri atas sel-sel yang telah dan berkembang membentuk protoderm, prokambium dan meristem dasar. Dan selanjutnya ketiganya akan berdiferensiasi membentuk tiga sistem jaringan yaitu, jaringan dermal, jaringan vaskular (pembuluh) dan jaringan dasar. Protoderm yang merupakan lapisan paling luar meristem membentuk jaringan dermal (epidermis). Prokambium yang merupakan lapisan tengah, berada diantara protoderm dan meristem dasar membentuk jaringan vaskular (pembuluh angkut) yang terdiri atas xylem dan floem yang merupakan bagian dari silinder pusat (stele). Dan meristem dasar merupakan lapisan paling dalam membentuk jaringan dasar. Jaringan dasar berdiferensiasi menjadi korteks dan empulur. Korteks terletak diantara silinder pusat dan epidermis. Lapisan dalam korteks dibatasi selapis sel yang disebut endodermis.
Diferensiasi jaringan primer akan semakin sempurna dan jelas terlihat pada akar dewasa (zona diferensiasi).
b.    Pertumbuhan Primer Batang
Daerah pertumbuhan batang terletak di ujung batang. Pertumbuhan pada batang menunjukkan bagian yang sama dengan pertumbuhan pada akar yaitu protoderm, prokambium dan meristem dasar. Prokambium akan membentuk jaringan kambium yang bersifat meristematis sebagai sarana bagi tumbuhan untuk melakukan pertumbuhan sekunder.

        
Tunas (kuncup) merupakan titik tumbuh (meristem apikal) batang ada dua macam yaitu :
1.    Tunas terminal
Diapit oleh bakal daun (primordia), terletak di ujung batang yang memungkinkan tumbuhan tumbuh ke atas
2.    Tunas aksilar (tunas lateral atau tunas samping)
Terletak pada bagian ketiak daun yang pertumbuhannya akan membentuk cabang atau bunga.

2. PERTUMBUHAN SEKUNDER
Pertumbuhan sekunder terjadi karena aktivitas sel-sel jaringan meristem sekunder yang terdapat pada titik tumbuh sekunder yang terdapat pada kambium. Pertumbuhan sekunder pada umumnya terjadi pada tumbuhan gimnosperma dan tumbuhan dikotil. Karena hanya tumbuhan yang memiliki kambium yang mengalami pertumbuhan sekunder.
Pertumbuhan sekunder terjadi akibat aktivitas sel-sel meristem lateral. Ada dua macam meristem lateral, yaitu kambium vaskular dan kambium gabus.
Kambium vaskular terletak diantara xylem dan floem. Aktivitasnya menghasilkan sel-sel baru, ke dalam membentuk xylem sekunder dan ke luar membentuk floem sekunder. Pada batang, xylem yang kita kenal adalah kayu, yang berfungsi sebagai transpor nutrisi dan garam-garam mineral dari akar keseluruh bagian tanaman. Xylem atau kayu yang semakin lama lapisannya semakin tebal dan berlignin. Xylem yang terbentuk pada musim kemarau biasanya mempunyai sel-sel yang lebih kecil dan gelap, sedangkan pada musim penghujan menghasilkan sel-sel yang relatif lebih besar dan berwarna terang. Hal ini dipengaruhi keterbatasan air pada musim kemarau. Lapisan-lapisan yang terbentuk dari hasil pembentukan jaringan kayu yang dipengaruhi oleh kadar air tersebut dikenal dengan lingkaran tahun.
Aktivitas kambium gabus menghasilkan jaringan gabus yang berfungsi sebagai pelindung. Jaringan gabus akan menggantikan jaringan epidermis yang telah kering dan mengelupas. Jaringan gabus, kambium gabus d an floem sekunder berperan membentuk kulit kayu. Floem berfungsi sebagai transpor hasil fotosintesis, dan biasanya fungsi ini dilakukan oleh floem sekunder yang paling muda yang berada dibelakang kambium gabus.
Pada akar juga terjadi pertumbuhan sekunder oleh kambium vaskular dan kambium gabus. Bagian akar yang berperan menyerap air dan garam-garam mineral adalah bagian akar yang masih muda. Sedangkan akar yang sudah tua tidak dapat menyerap air karena jaringan korteks dan epidemisnya sudah digantikan oleh jaringan gabus (hasil aktivitas kambium gabus) yang sulit ditembus air.

Kamis, 16 September 2010

REKAYASA GENETIKA (GMO) DALAM POLEMIK

BAB I PENDAHULUAN

Rekayasa genetika (transgenik) atau juga yang lebih dikenal dengan Genetically Modified Organism (GMO) dapat diartikan sebagai manipulasi gen untuk mendapatkan galur baru dengan cara menyisipkan bagian gen ke tubuh organisme tertentu. Rekayasa genetika juga merupakan pencangkokan gen atau DNA rekombinan.
Penelitian rekayasa genetika telah dimulai awal tahun 1950-an, oleh Dr. Paul Berg dari Stanford University of California (USA), namun hasil yang memuaskan baru diperoleh setelah 20 tahun kemudian. Pada tahun 1973 Stanley Cohen dan Herbert Boyer menciptakan bakteri melalui rekayasa genetika untuk pertama kalinya. Kemudian tahun 1981, pertama kali di kembangkan tikus dan lalat buah produk rekayasa genetika, menyusul pada tahun 1985 Plant Genetic Systems (Ghent, Belgium), sebuah perusahaan yang didirikan oleh Marc Van Montagu dan Jeff Schell, merupakan perusahaan pertama yang mengembangkan tanaman tembakau toleran terhadap hama dengan mengambil protein insektisida dari bakteri Bacillus thuringiensis.

Pada awalnya, rekayasa genetika merupakan khayalan masa depan dalam cerita ilmiah. Tetapi sekarang kemampuan untuk mencangkokkan bahan genetik dan membongkar kembali informasi genetika memberikan hasil yang sangat nyata dan telah terbukti sangat bermanfaat.
Rekayasa genetika dapat memberikan hasil yang menguntungkan. Misalnya, memaksa suatu mikroorganisme, yaitu bakteri untuk membentuk insulin yang mirip sekali dengan insulin yang dihasilkan manusia,sehingga sekarang para penderita diabetes dapat menerima insulin manusia yang dibuat melalui bakteri. Dan dinyatakan bahwa insulin ini (insulin yang diperoleh dari hewan) dapat diterima dengan baik oleh tubuh manusia.

Akan tetapi belakangan perkembangan dan pemanfaatan bioteknologi rekayasa genetika atau transgenik atau modifikasi genetika semakin luas hingga tidak bisa dibendung, dimana penggunaannya tidak lagi hanya pada pemenuhan kebutuhan manusia yang sangat memaksa, juga mulai ditemukan banyak kejadian yang menunjukkan dampak negatif dari pemanfaatan modifikasi genetika itu sendiri, penyebarluasan penggunaan modifikasi genetika menuai kontroversi. Dimana para ahli mulai melihat kejadian-kejadian yang merupakan dampak negative dari modifikasi genetika. Dalam Suara Karya Online edisi 9 Maret 2010 Dr. Rosari Saleh dari Lembaga Penelitian Universitas Indonesia (UI) mengatakan bahwa, “Pada awalnya, teknologi rekayasa genetika ditujukan untuk memperoleh organisme yang identik demi kepentingan riset dan produksi, seperti tanaman pangan dan hewan riset. Modifikasi gen dilakukan dengan memanipulasi kode genetik tumbuhan dan hewan serta merekayasa sifat-sifat tertentu dari kedua makhluk hidup tersebut agar diperoleh organisme yang lebih baik.Kemajuan dalam mengetahui kemampuan kognitif dan kesehatan manusia secara genetika membantu pendidikan dan program penyembuhan, tetapi dapat disalahgunakan untuk mendiskriminasi manusia dengan keterbatasan tertentu dan memperuncing permasalahan sosial.Modifikasi terhadap organisme juga dapat mengarah pada pembuatan senjata biologi."Diantara faktor-faktor yang menjadi sorotan adalah faktor kesehatan masyarakat, dampak perubahan ekologis, sosial-ekonomi,etika dan budaya, maupun religi. Dampak kesehatan dan perubahan ekologis mulai menunjukkan bukti-bukti dari kejadian-kejadian yang terjadi di masyarakat. Dampak social-ekonomi,etika dan budaya maupun religi belum menunjukkan bukti nyata sehingga amat sedikit mendapat perhatian. Beberapa ahli sangat menyayangkan sedikitnya perhatian ilmuwan dan pemerintah terhadap pertimbangan-pertimbangan terkait dengan penggunaan dan pelepasan organisme hasil modifikasi genetika, sebagaimana yang dikatakan oleh Elenita C. Dano dalam bukunya yang berjudul Potential Socio-Economis, Cultural and Ethical Impacts of GMOs: Prospects for Socio-Economic Impact Assesment,2007, “Pertimbangan social-ekonomi dan budaya terkait dengan penggunaan dan pelepasan organisme hasil modifikasi genetika cenderung mendapat sedikit perhatian dibandingkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri”. Teknologi tidak dapat dipisahkan dari konteks masyarakat di mana teknologi tersebut dimanfaatkan. Tidak ada teknologi dalam sejarah dunia, dari penemuan api sampai domestikasi tumbuhan dan hewan, bioteknologi tradisional, Revolusi Industri dan Revolusi Hijau, terjadi di dalam ruang kosong. Oleh karena itu, ruang yang berbeda-beda di dalam masyarakat, baik itu ruang kesehatan, lingkungan, ekonomi, politik, sosial, budaya ataupun etika dan religi, semuanya dipengaruhi oleh penggunaan dan diadopsinya sebuah teknologi, dengan sifat dan kecepatan yang berbeda-beda. Dalam sejarah manusia, inovasi teknologi dan ilmu pengetahuan sangat berdampak pada ruang-ruang tersebut, tidak terkecuali relasi-relasi sosial-ekonomi dan kehidupan politik. Beberapa dampak tidak kasat mata dan dampak lainnya sangat jelas. Secara tidak kasat mata, penerapan pertanian mekanisasi selama periode Revolusi Hijau telah meningkatkan ketidakadilan di antara masyarakat pertanian skala kecil dan skala besar (Conway, 2003) dan menurunkan ketersediaan lapangan kerja bagi perempuan di pertanian (Paris, 1998). Sebagai hasil penamanan padi yang intensif di bawah program Revolusi Hijau, rakyat pedesaan direstrukturisasi oleh lahirnya kelas ekonomi baru para pedagang yang mengkhususkan diri dalam perdagangan beras, dan buruh-buruh tani baru yang bekerja musiman di pertanian padi.
Demikian pula unsur-unsur masyarakat yang berbeda juga mempengaruhi bagaimana sebuah teknologi diadopsi dan disebarluaskan di dalam masyarakat.Tampaknya budaya, etika, dan agama berpengaruh kuat dalam menentukan bagaimana teknologi diterapkan dan disebarluaskan dalam setiap masyarakat. Dalam kasus transgenik, dimensi etika dan religius merupakan dua aspek yang sangat dominan di banyak negara di mana agama tetap menjadi kekuatan sosial. Contohnya, apakah transgenik dapat dipertimbangkan halal atau haram akan mewarnai perdebatan penerimaan publik dalam komunitas Muslim (Safian dan Hanani, 2005).
Transgenik dapat menyebabkan perubahan-perubahan baik ekologi maupun sosial yang tidak dapat ditarik kembali. Pada kebanyakan inovasi teknologi yang diterapkan di setiap masyarakat, transgenik memiliki sifat-sifat khusus yang dapat menimbulkan dampak ekologi dan sosial yang lebih serius dan meluas. Perdebatan mendasar etika dan sosial berpangkal dari kenyataan bahwa pada transgenik terjadi manipulasi bentuk-bentuk dan proses kehidupan, serta menimbulkan dampak sosial-ekonomi dan ekologi akibat pencemaran transgenik tersebut. Hal ini merupakan satu di antara banyak aspek unik teknologi ini. Bahkan jika teknologi ini ditarik kembali atau masyarakat menghentikan penerapan teknologi ini, maka dampak sosial-ekonominya masih tetap ada dan membekas secara permanen dalam sejarah dan masyarakat. Yang lebih serius, jika transgenik ini bersilang dengan populasi liar atau mencemari tanaman konvensional bahkan meski telah lama petani menghentikan penanaman tanaman transgenik tersebut. Fakta ini menekankan betapa pentingnya kajian dampak potensial terkait penggunaan transgenik baik sebelum dan selama penggunaannya di setiap masyarakat.

Disadari bahwa teknologi apapun,termasuk bioteknologi modern tidak ada yang mutlak tanpa resiko,maka pengembangan, pemanfaatan, penggunaan rekayasa genetika harus hati-hati. Maka sebagai bentuk sikap hati-hati itu lembaga internasional, regional dan lembaga pemerintah masing-masing negara telah menyusun dan mengimplementasikan peraturan yang mengatur pemanfaatan produk rekayasa genetik berdasarkan kajian ilmiah.


BAB II REKAYASA GENETIKA (GMO)

1. PENGERTIAN REKAYASA GENETIKA
Rekayasa genetika (transgenik) atau juga yang lebih dikenal dengan Genetically Modified Organism (GMO) dapat diartikan sebagai Rekayasa genetika (transgenik) atau juga yang lebih dikenal dengan Genetically Modified Organism (GMO) dapat diartikan sebagai teknik untuk menghasilkan molekul DNA yang berisi gen baru yang diinginkan atau kombinasi gen-gen baru atau dapat dikatakan sebagai manipulasi gen organisme untuk mendapatkan galur baru dengan cara menyisipkan bagian gen ke tubuh organisme tertentu. Rekayasa genetika juga merupakan pencangkokan gen atau DNA rekombinan. Rekayasa genetika memiliki dapat juga didefinisikan sebagai pengubahan dengan sengaja dari konstitusi atau adisi material genetik baru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) rekayasa genetika dapat diartikan sebagai ilmu dari cabang biologi yang berhubungan dengan prinsip keturunan dan variasi pada binatang dan tumbuhan jenis yang sama. Namun demikian dewasa ini rekayasa genetika tidak hanya berlaku pada hewan dan tumbuhan yang sejenis tetapi telah berkembang pada manusia dan lintas jenis. Dalam rekayasa genetika dapat diperoleh suatu sifat yang menguntungkan dari sutu organisme yang dapat diatransfer pada organisme lain. Sebagaimana telah diketahui bahwa gen merupakan pembawa sifat pada organisme, maka pemindahan suatu sifat dapat dilakukan dengan merekayasa gen-gen tertentu pada mahkluk hidup tertentu.

2. MEKANISME REKAYASA GENETIKA
Rekayasa genetika dengan teknik transformasi dan pencangkokan DNA gen-gen mikroba,diperlukan unsur-unsur seperti plasmid, enzim dan transformasi.- PlasmidMerupakan lingkaran DNA kecil yang dapat bereplikasi sendiri,terdapat pada kromosom bakteri dan eukariota seluler. Plasmid berfungsi untuk memelihara sejumlah cirri-ciri yang stabil. Plasmid dalam rekayasa genetika berperan sebagai vector (pemindah)- Enzim Berfungsi sebagai gunting biologi yang dapat mengenal dan kemudian memotong bagian-bagian tertentu dari sebuah molekul DNA sehingga dapat membongkar sel-sel bakteri, virus, hewan dan tanaman untuk diambil DNA yang diingkan.- Transformasi Untuk mengambil, memasukkan, memotong dan menempel DNA ke dalam tubuh organism lain harus dengan plasmid yang berperan sebagai vector.Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam rekaya dapat mengenal sa genetika genetika secara sederhan urutannya sebsi sebagai berikut :
1. Mengindetifikasikan gen dan mengisolasi gen yang diinginkan.
2. Membuat DNA/AND salinan dari ARN Duta.
3. Pemasangan cDNA pada cincin plasmid
4. Penyisipan DNA rekombinan kedalam tubuh/sel bakteri.
5. Membuat klon bakteri yang mengandung DNA rekombinan
6. Pemanenan produk.

i. Vektor, berupa plasmid bakteri atau viral ADN virus.
ii. Bakteri, berperan dalam perbanyakan plasmid melalui perbanyakan bakteri.
iii. Enzim, terdiri dari enzim RESTRIKSI (pemotong plasmid/ADN) dan enzim LIGASE (penyambung ptongan-potongan ADN)

3. MANFAAT REKAYASA GENETIKA
Banyak manfaat yang diperoleh dari penggunaan dan pemanfaatan rekayasa genetika, diantaranya adalah sebagai berikut:a. Tersedianya bahan makanan yang melimpah.Dengan pemanfaatan rekayasa genetika di bidang pertanian, akan meningkatkan jumlah panen di tanah yang luasnya terbatas, tanah miskin, atau kawasan yang rawan banjir . Varietas baru MG menjanjikan keuntungan besar. Tanaman pangan bisa direkayasa sehingga mampu tumbuh di tanah yang kandungan alumuniumnya tinggi atau mampu bertahan hidup lama di dalam air, tanah tandus dan miskin hara , serta wilayah rawan banjir . b. Meningkatkan Nutrisi Seperti kacang kedelai hasil rekayasa genetika pertanian, lebih banyak mengandung protein. Sama seperti beras yang direkayasa sehingga mengandung zat besi, yang berguna untuk mengatasi anemia.c. Meningkatnya derajat kesehatan manusia.Apabila nutrisi terpenuhi dengan baik otomatis akan meningkatkan kesehatan masyarakat. Dan dengan diproduksinya berbagai hormon manusia seperti insulin dan hormon pertumbuhan lainnya sangat membantu perbaikan kesehatan masyarakat.d. Tersedianya sumber energy yang terbaharui.e. Proses industri yang lebih murah, efisien dan efektif.Modifikasi genetika dapat mengurangi biaya produksi ( seperti tenaga kerja) namun tetap menghasilkan produk yang melimpah dan tidak banyak menghabiskan waktu.f. Berkurangnya polusi.Rekayasa genetika dapat dimanfaatkan guna pelestarian dan rehabilitasi hutan yang gundul.g. Bahan Kimia Lebih Sedikit Resistensi terhadap serangga hama tertentu akan mengurangi ketergantungan terhadap pestisida. Dengan tanaman yang menghasilkan zat herbisida (pembunuh rumput), maka petani hanya perlu menyemprot setahun sekali dan dan tidak tiga kali.



BAB III REKAYASA GENETIKA (GMO) DALAM POLEMIK

Suatu teknologi dapat memberi manfaat yang besar bagi kesejahteraan manusia, akan tetapi tidaklah mutlak tanpa resiko, begitu juga dengan rekayasa genetika. Dan perbandingan antara manfaat dan dampak yang diperoleh dari penggunaan teknologi rekayasa genetika ini menyebabkan kontroversi, sehingga rekayasa genetika dapat dikatakan dalam polemik. Modifikasi genetik banyak dimanfaatkan dalam produksi makanan dan tanaman, dan diakui memberi manfaat yang tidak kecil meski juga disadari memberi dampak yang tidak bisa dianggap sepele. Oleh karenanya tak salah jika Jepang dan Eropa memperlihatkan sikap sangat menentang pangan hasil olahan dari tanaman modifikasi genetika ini. Dan di Indonesia sudah ditanam dan diimpor dalam jumlah besar, terutama kacang kedelai. AS mengekspor 50% kacang kedelai-nya ke Indonesia. Catatan lain; Greenpeace, beberapa waktu lalu berhasil menghalau satu kapal penuh kacang kedelai dari Amerika untuk dikembalikan. Kacang ini adalah panen dari tanaman modifikasi genetika. Greenpeace tetap menolak, meskipun kacang impor itu ditujukan untuk pa ngan sapi atau ayam potong. Greenpeace beralasan, efek samping pangan modifikasi genetika itu akan tetap masuk jika manusia memakan dagingdari hewan yang mengkonsumsi kacang kedelai hasil modifikasi genetika itu. Di India, ribuan ternak mati setelah diberi makan tanaman kapas modifikasi genetik, ribuan pekerja peternakan yang mengalami ruam di seluruh badannya setelah memetik kapasnya,dan masih banyak peristiwa lain yang menunjukkan bahwa rekayasa genetika membawa dampak yang tidak kecil.

1. DAMPAK KESEHATAN
Tanpa menyadari, kita sudah memakan pangan modifikasi genetika (MG) dalam berbagai bentuk, mentah atau olahan. Amerika, yang telah memberi ijin penanaman tanaman pangan MG,merupakan penghasil terbesar dunia pangan MG, terutama jagung dan kacang kedelai. Kendati sebagian besar diperuntukkan bagi pangan hewan potong, tapi tetap saja masih masuk pasar. Di Amerika sekitar 60 persen pangan olahan sudah mengandung MG. Artina bahan MG ada di makanan olahan mulai dari sup kalengan sampai cereal, yang banyak di ekspor ke Asia.Meski begitu, sampai hari ini tidak ada laporan mengenai orang yang sakit atau meninggal akibat makanan itu. Reaksi konsumen terhadap makanan mengandung bahan MG berbeda-beda. Mulai dari menolak tegas (dengan alasan tidak aman) sampai tidak perduli. Di Asia, rasanya sebagian besar konsumen jatuh pada kategori ; tidak tahu. Di Cina, yang mengontrol ketat informasi, kesadaran akan pangan MG sangat rendah, bahkan di tempat yang seharusnya tingkatnya kesadarannya tinggi. "Manipulasi Genetika? Belum pernah dengar,"ujar juru bicara LSM Sahabat Alam (Friends of Nature) di Beijing. Lain lagi di Jepang. Kesadaran publik sudah tinggi sekali di masyarakat, yang sangat menghargai (mungkin terobsesi) kebersihan dan kesehatan. Pasar-pasar swalayan sudah memisahkan pangan mengandung MG dan non-MG sejak dua tahun lalu. Survey terakhir di To kyo memperlihatkan 80% konsumen mengkuatirkan keamanan pangan Modifikasi Genetika (MG), yang 70% menegaskan tidak akan membeli pangan jenis itu. Pertanda seperti ini jelas tidak bisa di-acuhkan kalangan bisnis. Karena itulah, jaringan pasar swalayan terbesar Jepang, Jusco, memperkenalkan pemisahan pangan jenis non-MG dan pangan yang mengandung MG. Menurut Jusco penjualan tahu berlebel non-MG naik 10%. "Hal ini membuat kami sadar , betapa pentingnya keterbukaan informasi terhadap konsumen," ujar salah satu eksekutif Jusco.Pemerintah-pemerintah di Asia dengan antusias menyambut program bio-teknologi ini, dan yang paling antusias adalah negara yang padat penduduknya. Menteri Departemen Bioteknologi India, Manju Sharma, mencoba menjelaskan, "Bagaimana anda mampu memberi makan satu miliar manusia pada abad 21? Kami harus memberi makan dan sekaligus keamanan nutrisi kepada rakyat kami. Tapi lahan , yang bisa ditanami, terbatas dan ditambah penggunaan pestisida berlebihan. India harus mengambil jalan rekayasa biologis." Penjelasan ini sama persis dengan Cina. Para pejabat mereka mengakui, Cina menjadi nomor empat di dunia dalam luas lahan percobaan tanaman transgenetika setelah AS, Kanada, dan Argentina.Pertanyaannya adalah ; apakah pangan MG lebih baik dan aman ? Cina dan negara-negara berkembang lain sudah pasti tidak punya waktu puluhan tahun untuk memastikan hal itu, ujar ahli tanaman transgenetika Hen Zhangliang.Dibalik munculnya tanaman modifikasi genetika (apakah bisa disebut Revolusi Hijau II??), kekuatiran akan keamanan pangan rekayasa biologis sudah mulai menyebar di kawasan Asia. Debbie Hung, tinggal di Hong Kong, memperlihatkan kekuatiran itu. "Kita mungkin tidak akan tahu sampai 30 tahun mendatang. Bagi orang dewasa, yah.. tidak apa-apa. Kita mungkin saja terkena kanker atau yang lainnya. Tapi kita kuatir dengan apa yang dimakan anak-anak, mereka baru saja memulai hidup mereka." Dampak sentimen seperti diatas memang akan langsung terasa di kalangan kedelai berbagai merek di pasaran mengandung hasil pangan Modifikasi Genetika (MG). Besoknya (Maret 2000), penjualan pasta kedelai, yang jadi bahan untuk membuat makanan tradisional tubu, langsung melorot. (Pulmuwon, produsen terbesar tubu , mengumumkan tidak menggunakan kedelai MG dan saat itu sedang menuntut di pengadilan kelompok konsumen itu).Maka dapat disimpulkan bahwa isu pangan dari hasil tanaman modifikasi genetika adalah isu besar. Pertanyaan besarnya adalah ; bagaimana efek sampingnya terhadap manusia dan lingkungan ? Apalagi, efek sampingnya belum akan diketahui sampai 30 tahun mendatang. Padahal sekitar satu dekade lalu, bioteknologi, terutama rekayasa genetika, dipuji-puji sebagai masa depan ilmu pengetahuan. Bahkan, banyak orang meramalkan akan terjadi revolusi bioteknologi. Para ilmuwan , yang berada dalam kalangan ini, bermimpi mengambil komponen kunci alam dan mencangkokkannya sehingga terlahir tanaman super, maka berakhirlah kecemasan dunia akan kemungkinan tidak mampu memberi makan penduduknya.Beberapa yang merupakan dampak negatif dari penggunaan rekayasa genetika bagi kesehatan, adalah :a. Bahan Alergi Baru Manipulasi genetika sering menggunakan protein dari organisme yang tidak pernah menjadi bahan makanan. Dan sebagian besar bahan alergi makanan berasal dari protein. Menurut Sitepoe (dalam S.T.Jahrin), sampai saat ini dampak negatif penggunaan OHMG pada manusia, telah ditemukan dalam bentuk alergi. Dalam uji coba dengan menggunakan skin patch test terhadap kacang kedelai transgenik dari Brazil, hasilnya menunjukkan adanya reaksi alergi.Semua tanaman yang dimodifikasi secara genetik mengandung DNA bakteri. DNA ini berisi suatu elemen genetik (yang disebut motif ‘CpG’) yang menstimulasi sistem kekebalan untuk memulai rangkaian reaksi yang menyebabkan peradangan. Pemberitahuan mengenai elemen genetik ini mungkin menyebabkan peradangan, arthritis dan lymphoma (penyakit darah yang menular). Terlebih lagi, telah didemonstrasikan bahwa DNA tidak terpecah di dalam saluran pencernaan untuk memperluas keyakinan sebelumnya. DNA pencernaan terangkai cukup besar agar seluruh gen tetap utuh dan memasuki darah dan jaringan. Mengonsumsi GE (modifikasi genetik) mungkin meningkatkan risiko kelainan.”Alergi terhadap makanan diartikan sebagai reaksi imunologi (kekebalan) tubuh, yang mempunyai dampak merugikan kesehatan, terhadap antigen yang terdapat dalam makanan. Lebih dari 90 persen kasus alergi terhadap makanan disebabkan karena makanan-makanan yang termasuk dalam “kelompok delapan” yaitu telur, ikan, makanan laut, susu, kacang tanah, kacang kedelai, pohon penghasil kacang (tree nuts), dan gandum. Rekayasa genetika memungkinkan terjadinya introduksi protein yang berasal dari sumber yang beragam pada makanan. Alergy and Immunology Institute dan International Food Biotechnology Council bersama dengan para pakar di bidangnya telah merumuskan protokol pengujian kemungkinan makanan hasil rekayasa genetika yang bersifat sebagai alergen. Untuk menguji makanan hasil rekayasa genetika yang tidak mengandung alergen dilakukan serangkaian pengujian meliputi identifikasi sumber gen apakah berasal dari “kelompok delapan” di atas. Dari contoh evaluasi alergenitas di atas dapat disimpulkan bahwa kemungkinan diintroduksinya alergen pada proses rekayasa genetika sudah dapat diprediksi dengan metoda deteksi yang memang sudah tersedia untuk mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan introduksi ini. Penelitian-penelitian selama ini membuktikan bahwa penambahan protein pada makanan yang bukan berasal dari kelompok delapan di atas, yang tidak memiliki kesamaan susunan asam amino dengan protein alergen yang ada di database serta protein pada sumber makanan tersebut mudah terurai (tidak stabil) pada pemanasan maupun pada proses pencernaan, tidak membuat tanaman transgenik tersebut menjadi lebih bersifat alergen dibandingkan dengan tanaman bukan transgenik. b. Resistensi terhadap antibiotik Gen resistensi-antibiotik sering digunakan sebagai "penanda" untuk menyeleksi sel-sel transgenetik dan ada kemungkinan merasuki manusia atau organisme lain. Hal ini akan menyebabkan persoalan baru bagi kesehatanMasalah kesehatan berkaitan dengan kemungkinan makin beratnya masalah bakteri yang berkemampuan besar mengalahkan antibiotik. Masalah makin pelik jika bakteri itu resisten terhadap multi-antibiotik. Dalam rekayasa-biologis , gen penanda yang resisten terhadap antibiotik secara reguler "dimasukkan" bersama gen asing untuk digunakan sebagai alat penyaring. Jika bibit baru tetap hidup, meskipun dikenai antibiotik maka berarti tanaman itu sudah berhasil di modifikasi gen-nya. British Medical Association, Mei 1999, memperingatkan jika bakteri di perut berhasil menarik gen yang resisten terhadap antibiotik, maka bakteri itu juga akan resisten terhadap antibiotik. Bagi kita, ini sama saja dengan penyakit yang tidak bisa diobati oleh antibiotik yang akan membuat banyak sekali orang susah. British Medical Association menyerukan pelarangan pemakaian gen penanda seperti itu. Tapi Chua Namhai, ketua Institute of Molecular Agrobiology Singapura, menyatakan keprihatinan itu terlalu berlebihan. Dia menambahkan ada tehnik penyaringan lain, termasuk satu metode yang dikembangkannya di Rockefeller University di New York.c. Mengganggu system kekebalan tubuh
Penelitian Arpad Pusztai dari Inggris menemukan terjadi tekanan terhadap system kekebalan tubuh di tikus, yang mengkonsumsi pangan MG. Sampai sekarang, temuan ini masih ramai diperdebatkan.

2. DAMPAK EKOLOGIS
Dampak ekologis MG akan mengganggu tekstur dan struktur tanah, para peneliti Amerika telah menemukan bukti kuat kemungkinan kerusakan ekologis ini melalui Kupu-Kupu Monarch. Larva kupu-kupu mati ketika makan daun, yang disemprotkan bubuk jagung MG (diberi gen Bt). Hal ini memperlihatkan serangga , yang bukan sasaran, bisa mati oleh racun bacteria yang dibuat oleh tanaman Modifikasi Genetika. Selain itu, akar Jagung MG (diberi gen Bt) telah meracuni tanah dan tetap beracun selama tujuh bulan setelah tanaman dipanen. Racun ini berasal dari sisa tanaman transgenik yang masih mengandung toksin yang dapat mencegah serangan hama dalam tanah bagi tanaman tetapi juga sekaligus mematikan mikroorganisme dan organism di dalam tanah sehingga terjadi degradasi bakteri (mikroorganisme) maupun organisme di dalam tanah, yang akan mengubah struktur dan tekstur tanah dalam jangka waktu tertentu. Selain itu, endotoksin yang dihasilkan dapat membunuh beberapa jenis insekta (serangga) tertentu, sehingga dapat mengganggu ekosistem jenis insekta di atas tanah. Kekuatirannya , racun itu akan membunuhi serangga- serangga yang dibutuhkan untuk menyehatkan tanah.Selain itu, endotoksin yang dihasilkan dapat membunuh beberapa jenis insekta (serangga) tertentu, sehingga dapat mengganggu ekosistem jenis insekta di atas tanah. Kekuatirannya , racun itu akan membunuhi serangga- serangga yang dibutuhkan untuk menyehatkan tanah. Gen Bt dikenal luas dikalangan pabrikan bibit tanaman MG. Gen ini dimasukkan kedalam tanaman kapas, beras, dan kacang kedelai. Tehnik ini dilakukan oleh seluruh perusahaan bioteknologi dan organisasi riset. Para pemerhati lingkungan juga kuatir pemakaian jangka panjang dan luas gen Bt dalam tanaman MG akan menyebabkan hama dan gulma dengan cepat jadi imun, sehingga memusnahkan harapan penggunaan pestisida alamiah. Sebuah penelitian menyebutkan pemakaian pestisida kimia malah akan meningkat karena racun Bt tidak mempan terhadap serangga penghisap batang seperti aphids.Hal ini akan mengganggu tanaman juga mempengaruhi ekosistem tumbuh-tumbuhan. Dan lama-kelamaan akan resistens terhadap pestisida. Akibatnya, racun-racun biasa jadi tidak efektif lagi Dengan berbagai ragam kehadiran MG dikhawatirkan juga akan mengakibatkan adanya polusi gen di muka bumi. Lalu muncul biodiversity atau keanekaragaman hayati yang akan mendominasi bumi, sehingga plasma nuftah baik hewan maupun tumbuh-tumbuhan akan mengalami degradasi, seperti yang dialami oleh bakteri. Maka punahlah plasma nuftah yang kita miliki. Selain itu, munculnya virus baru , rumput baru dan resistensi terhadap hamajuga merupakan akibat dari rekayasa genetika. Virus baru; gen viral di tanaman yang direkayasa agar tanaman kebal terhadap virus mungkin saja terkombinasi lagi dengan microba lain untuk menghasilkan virus hibrida yang lebih berbahaya. Rumput Baru ; dalam lingkungan lebih luas, perkawinan antar tanaman kemungkinan menghasilkan "rumput super". Tanaman hasil rekayasa kemungkinan akan terbawa ke luar lahan pertanian dan meluas, sehingga merusak seluruh ekosistem.
3. DAMPAK SOSIAL-EKONOMI
Dampak transgenetika terhadap sosial-ekonomi juga seharusnya menjadi pertimbangan penggunaan dan penyebarluasan organisme hasil modifikasi genetika, “konsekuensi-konsekuensi bioteknologi yang aktual dan potensial, seperti dampaknya terhadap pendapatan dan kesejahteraan petani, budaya, kehidupan masyarakat, tanaman dan varietas tradisional, pengetahuan dan teknologi domestik, ketenagakerjaan pedesaan, perdagangan dan persaingan, peran perusahaan-perusahaan transnasional, masyarakat asli, keamanan pangan, etika dan agama, manfaat bagi konsumen, dan gagasan tentang pertanian, teknologi serta masyarakat’ (Garforth, 2004).Dampak sosial-ekonomi ini juga mendapat pengakuan dari masyarakat internasional,bahkan Protokol Cartagena tentang Biosafety mencantumkan pertimbangan social ekonomi sebagai komponen penting dalam proses pengambilan keputusan biosafety :
1. Para Pihak, dalam mencapai sebuah keputusan tentang impor di bawah Protokol ini atau di bawah langkah-langkah domestik yang menerapkan Protokol, dapat dilaksanakan, konsisten dengan kewajiban internasional mereka, pertimbangan-pertimbangan sosial-ekonomi yang muncul dari dampak organisme hasil modifikasi terhadap konservasi dan pemanfaatan secara berkelanjutan keanekaragaman hayati, khususnya dengan memperhatikan nilai keanekaraaman hayati bagi komunitas asli dan komunitas lokal;
2. Para Pihak didorong bekerja sama dalam penelitian dan pertukaran informasi mengenai dampak-dampak sosial-ekonomi organisme hasil modifikasi, khususnya pada komunitas asli dan komunitas lokal.’

Menurut Elenita C. Dano pentingnya memberikan porsi perhatian yang besar tehadap potensi dampak sosial-ekonomi transgenik ini didasari oleh nilai-nilai penting, seperti:
1. Tanggung jawab sosial
Memperhatikan potensi dampak sosial-ekonomi dari inovasi teknologi yang terjadi jauh diluar laboratorium dan rumah kaca yang terkendali adalah sebagai bentuk tanggung jawab moral dan etika. Ini menunjukkan bahwa peran para ilmuwan dan pengembang teknologi tidak selesai ketika teknologi tersebut keluar dari laboratorium, bahkan menjadi semakin penting ketika teknologi tersebut diterapkan di masyarakat.
2. Tanggung Jawab Antar Generasi
Tujuan sebuah teknologi harus menyumbang kepada pembangunan berkelanjutan, guna kepentingan dan kebutuhan generasi masa sekarang dan masa depan karena dampak sosial-ekonomi teknologi akan dirasakan dari generasi ke generasi.
3. Penerimaan MasyarakatPertimbangan yang serius akan potensi dampak sosial-ekonomi transgenik secara otomatis akan membawa para pengembang dan pembuat kebijakan untuk memiliki kepekaan lebih baik atas penerimaan masyarakat akan teknologi dan/atau produk-produknya. Karena penggunaan hasil teknologi tidak terlepas dari masyarakat.
4. Mengurangi Biaya Jangka Panjang Keprihatinan utama dalam dampak sosial-ekonomi transgenik adalah biaya yang terkait proses-proses dari luasnya partisipasi para pihak, pelaku, serta kurun waktu yang diperlukan untuk melalui proses-proses tersebut. Sehingga dengan pertimbangan dampak sosial-ekonomi dalam pembuatan keputusan tentang transgenik, maka biaya sosial, ekonomi, dan budaya yang tidak dapat ditarik kembali kemungkinan dapat dihapus atau diminimalkan.
Dampak potensial dari transgenik dalam konteks masyarakat miskin dan pedesaan, memperbesar ketidakadilan pendapatan dan distribusi kekayaan sehingga menambah kesenjangan ekonomi, karena input rekayasa genetika itu tidak dapat diakses oleh masyarakat miskin pedesaan. Industri yang mengembangkan produk transgenik menutup biaya investasi penelitian dan pengembangan mereka melalui sistem hak kekayaan intelektual (HKI) dan skema marketing, dan dengan keuntungan dari penjualan produk-produk tersebut. Karena segmentasi harga adalah praktik bisnis yang tidak sehat, benih-benih transgenik biasanya dijual dengan harga standard di sebuah negara tempat benih-benih tersebut dikomersialisasikan, di mana harga yang sama berlaku untuk semua petani apakah ia kaya atau miskin.
Contohnya, di Filipina, MON 810 (jagung Bt dengan transformasi gen cry 1ab dari bakteri tanah Bacillus thuringiensis) milik Monsanto dijual dengan harga dua kali lipat dari harga varietas benih jagung hibrida yang bukan hasil modifikasi genetika. Di negara yang sedikitnya 60% petani jagung tidak memiliki lahan yang mereka garap, harga ini sangat mahal. Dengan kenyataan pasar itu, Monsanto menerapkan skema pemasaran yang utamanya menawarkan produk-produk jagung Bt kepada para petani kaya dan berpenghasilan menengah yang mampu membayar lebih tinggi harga benih-benih tersebut sebagai jaminan atas kerusakan yang ditimbulkan penyakit penggerek jagung. Dengan jaminan klaim perusahaan, dengan membeli jagung Bt mereka akan mendapat manfaat yang dijanji-janjikan itu, maka pihak yang diuntungkan adalah para petani yang sanggup membayar harga benih dan mereka yang telah berpendapatan relatif tinggi untuk memulai usahanya. Kondisi ini diperkirakan akan memperhebat persoalan ketidakadilan pendapatan dan distribusi kekayaan di pedesaan. Sementara beberapa pihak berpendapat akan ada peningkatan pendapatan di kalangan petani kaya yang akan berkontribusi kepada investasi dan penciptaan lapangan kerja di pedesaan, namun skenario tersebut sangat bergantung pada apakah janji-janji panen lebih baik dan pendapatan lebih tinggi dengan menanam tanaman hasil modifikasi genetika dapat menjadi kenyataan atau tidak. Pernyataan tersebut juga terkait dengan harapan keuntungan yang ‘menetes’ dari para petani yang akan mendapat keuntungan dari tanaman hasil modifikasi genetika ke petani yang tidak mampu membayar teknologi tersebut
Bertambahnya angka pengangguran sebagai efek dari rekayasa genetika, khususnya di Negara-negara berkembang. Umumnya benih hasil modifikasi genetika dikembangkan oleh industri bioteknologi berbasis kebutuhan dan kondisi petani negara maju yang pertaniannya sebagian besar berskala industri. Kondisi industri pertanian, dengan biaya dan ketersediaan tenaga kerja merupakan faktor produksi utama, sangat berbeda jauh dengan keadaan pertanian berbasis rumah tangga yang merupakan ciri pertanian di banyak negara berkembang di mana tenaga kerja tersedia dalam jumlah melimpah, dan seringkali murah harganya.
Contohnya, penerapan tanaman hasil modifikasi genetika yang tahan herbisida bias menghapus kebutuhan akan tenaga untuk penyiangan dan penggarapan lahan saat persiapan lahan, dan akan menjadi dampak mematikan jangka panjang pada tenaga kerja pedesaan. Tenaga kerja yang dibutuhkan di pertanian akan berkurang karena tanaman tersebut akan mengurangi peluang kerja bagi buruh tani miskin, khususnya di pedesaan yang tinggi tingkat penganggurannya. Beberapa pihak berpendapat, penggunaan benih hasil modifikasi genetika yang lebih mahal dari benih-benih konvensional tapi membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja akan membuat usaha tani lebih ekonomis daripada mempekerjakan buruh tani, karena mereka tidak hanya harus dibayar sesuai aturan upah yang berlaku namun standard-standard buruh pertanian juga harus ditaati dan diperhatikan. Argumen tersebut menguatkan dampak merusak potensial tanaman modifikasi genetika terhadap relasi sosial-ekonomi di pedesaan dan distribusi pendapatan secara keseluruhan. Hal ini menjadi masalah lebih besar bahwa penggunaan benih modifikasi genetika yang hemat tenaga kerja itu secara teoritis dapat menciptakan surplus ekonomi lebih tinggi yang akan berkontribusi kepada peningkatan investasi dan penciptaan lapangan kerja. Namun kecenderungan global dalam penurunan investasi di pedesaan dan berkurangnya sumbangan pertanian kepada pendapatan nasional secara keseluruhan dari hasil pertanian tidak diinvestasikan kembali di sektor pertanian untuk bermanfaat bagi kaum miskin pedesaan.
Para pengembang dan pembuat kebijakan tidak dapat lolos dari dimensi etika dari penerapan transgenik tanpa mengkaji dengan hati-hati potensi dampak sosial-ekonominya. Berbeda dengan laboratorium dan rumah kaca di mana semua faktor dan kondisi berada dalam kendali para ilmuwan yang melakukan penelitian, kekuatan sosial dan ekonomi berada di luar kendali siapapun. Sehingga tanggung jawab etika sangat penting untuk memperkuat kebutuhan kajian mendalam mengenai pertimbangan sosial-ekonomi sebelum transgenik dilepas ke masyarakat.

4. DAMPAK AGAMA
Modifikasi genetika juga berdampak pada religi, masalah agama, dimana sebagian masih mempermasalahkan kehalalan produknya. Terlebih apabila penggunaannya sudah diterapkan pada manusia, sehingga akan mengaburkan asal-usul dari seseorang.Bahtsul Masail pada Munas NU (Lombok Tengah, 17-20 Nopember 1997) menyepakati tentang hukum cloning gen pada manusia hukumnya haram. Alasannya, proses tanasul (berketurunan) harus melalui pernikahan secara syar'i, Bisa mengakibatkan kerancuan nasab,dan penanamannya kembali ke dalam rahim tidak dapat dilakukan tanpa melihat aurat besar.
Fatwa yang sama diputuskan oleh MUI, pada Munas VI (25-29 Juli 2000) menetapkan hukum cloning terhadap manusia, dengan cara bagaimana pun yang berakibat pada pelipatgandaan manusia hukumnya adalah haram. Bahkan, dalam fatwa MUI tersebut mewajibkan kepada semua pihak yang terkait untuk tidak melakukan atau mengizinkan eksperimen atau praktik cloning terhadap manusia.
Majlis Tarjih melalui media resminya, jurnal ilmiah ke-Islaman, Tarjih, edisi ke-2 Desember 1997 secara khusus pernah menurunkan tema 'Klonasi (Cloning) menurut Tinjauan Islam'. Kesimpulan dari sejumlah artikel dalam jurnal tersebut menyatakan bahwa penerapan cloning untuk memproduksi manusia akan menjadi masalah. Pembolehannya hanya jika dalam keadaan darurat.
Ulama dari sejumlah lembaga fatwa di dunia Islam juga mengharamkan cloning manusia, antara lain, Akademi Fikih Islam Liga Dunia Muslim dalam pertemuannya yang ke-10 di Jeddah pada tahun 1997 yang menetapkan bahwa: ”Cloning manusia, apa pun metode yang digunakan dalam reproduksi manusia itu adalah sesuatu yang tidak Islami dan sepatutnya dilarang keras".
Disepakati juga bahwa semua manipulasi (yang berhubungan dengan reproduksi manusia) dengan cara melibatkan elemen pihak ketiga (di luar ikatan perkawinan), baik berupa rahim, ovum, atau sperma adalah tidak sah. Ijtihād jamā.i dari dunia Islam, di antaranya, Majma' Buhūts Islāmiyyat dari Al-Azhar Mesir telah mengeluarkan fatwa dan imbauan bahwa "cloning manusia adalah haram dan harus diperangi serta dihalangi dengan berbagai cara". Al-Majma’ al-Fiqh al-Islāmi, Rabithat al-‘Ālam al-Islāmi dalam sidangnya ke-15 pada 31 Oktober 1998 juga berpendapat serupa, demikian pula orang yang melakukannya. Alasannya, termasuk tindakan intervensi atas penciptaan manusia, hal tersebut berlawanan dengan berbagai ketentuan ayat Alquran tentang proses penciptaan manusia (Q.s. al-Hujurāt (49):13, al-Tīn (95):4, al-Sajdat (32):7-8, al-Taghābun (64):3, al-Thāriq (86):7, al-Nisā'(4):119), akan merancukan nasab (Q.s. al-Furqān (25):54), satu-satunya cara berketurunan yang dibenarkan syarak hanya dengan adanya pasangan laki-laki dan perempuan (Q.s. al-Rūm (30):21, al-Furqān (2)5:54), merusak sistem pranata sosial berkeluarga, dan ketiadaan perbedaan serta keberagaman sunnah Allah dalam penciptaan manusia yang merefleksikan kesempurnaan ciptaan Allah (Q.s. al-Rūm (30):22). Di samping itu, lembaga ini merasa perlu adanya undang-undang yang sifatnya internasional melarang dipraktikkan cloning manusia. Penolakan serupa juga disampaikan oleh berbagai lembaga
Pernyataan serupa juga datang dari sejumlah tokoh di Indonesia, misalnya Ali Yafi dan Armahaedi Mahzar. Alasannya, karena mengancam kemanu-siaan, meruntuhkan institusi perkawinan, merosotnya nilai manusia, kerancuan moral, budaya, dan hukum. Quraish Shihab lebih menyorotinya dari segi moral dan hukum agama, bahwa teknologi cloning ini mengantarkan kepada pelecehan manusia, dan dari segi hukum berdasarkan saddudz dzarāi', bagian dari menolak yang negatif didahulukan atas mendatangkan yang positif (manfaat). Abdul Aziz Sachedina dari Universitas Virginia Amerika menganggap bahwa teknologi cloning hanya akan meruntuhkan institusi perkawinan. Mohammad Mardini dari Foundation Islamic Heritage menyebutkan bahwa teknologi tersebut sebagai pengaburan keturunan. Abul Fadl Mohsin Ebrahim juga berpendapat bahwa cloning akan berdampak negatif terhadap kesucian perkawinan, maka hukumnya tidak sah menurut Islam. Abdul Muti Basyyoumi, Ulama Al-Azhar, menuntut agar riset cloning diakhiri karena bertentangan dengan hukum Islam, baik secara idiologis maupun etis, dan manfaatnya lebih sedikit daripada bahayanya.Disamping itu, permasalahan tambah runyam oleh perebutan hak biopaten. Perusahaan raksasa seperti Mosanto dan perusahaan lain secara agresif berusaha memperoleh hak paten untuk tanaman MG-nya. Para aktivis, seperti Vanda Shiva (ahli keaneka-ragaman hayati dari India) menantang ide bahwa rekayasa genetika akan menjadi jawaban bagi kelaparan di dunia. Dia percaya tanaman pangan MG hanya akan menambah kemiskinan dan ketidak-amanan pangan di Dunia Ketiga dan globalisasi penghancuran ekologi oleh dampak pertanian industri. Kemiskinan, ketimpangan sosial, dan ketiadaan akses, serta kelaparan dan malnutrisi sama pentingnya untuk ditangani seperti produksi pangan. Seperti Amartya Sen, dalam bukunya Development as Freedom, kelaparan terus terjadi kendati ada surplus produksi pa ngan di dunia. Dan banyak negara mengekspor pangan, padahal sebagian rakyatnya kelaparan. Kelompok-kelompok petani di India dan Thailand juga memandang raksasa bioteknologi sebagai ancaman bahaya. Sekelompok petani Thailand, baru-baru ini, membakar patung menteri pertanian sebagai protes diberinya ijin tanaman kapas MG masuk negara itu. Menurut Cecep Risnandar, Ketua Komunikasi Nasional Serikat Petani Indonesia, ada empat hal yang menyebabkan benih rekayasa genetik tidak boleh dikembangkan di Indonesia.
1. Aspek keamanan pangan.
Belum ada satu penelitian pun yang menjamin bahwa pangan rekayasa genetik 100 persen aman untuk di konsumsi. Malah dari beberapa riset akhir-akhir ini, pangan hasil rekayasa genetika menjadi penyebab berbagai penyakit.
2. Aspek lingkungan.
Di beberapa negara yang mencoba menanam benih rekayasa genetik terjadi polusi genetik. Lahan-lahan yang bersebelahan dengan tanaman rekayasa genetik berpotensi untuk tercemar oleh gen-gen hasil rekayasa genetik. Sehingga petani di sebelahnya yang menanam tanaman non rekayasa genetik bisa dituduh melanggar hak cipta karena dinilai telah membajak hak cipta perusahaan benih, padahal persilangan tersebut dilakukan oleh alam. Selain itu, tanaman rekayasa genetik berpotensi merusak keseimbangan lingkungan di sekitarnya. Hama dan penyakit tanaman akan lari ke ladang-ladang konvensional sehingga mau tidak mau petani tersebut harus beralih menjadi pengguna benih rekayasa genetik yang harganya mahal.
3. Aspek legal.
Belum ada peraturan yang komprehensif mengenai pangan rekayasa genetik. Memang ada UU pangan, UU Budidaya tanaman, dan UU perlindungan varietas tanaman namun belum ada peraturan turunan dari UU tersebut yang secara rinci mengatur produk pangan rekayasa genetik. Sehingga implementasinya di lapangan berpotensi merugikan konsumen dan para petani.
4. Aspek pengusaan ekonomi.
Berdasarkan pengalaman petani di berbagai negara dan juga para petani yang pernah menjadi korban percobaan kapas rekayasa genetik di Sulawesi Selatan, gembar-gembor benih yang dikatakan tahan terhadap serangan hama dan produktivitasnya tinggi hanya omong kosong. Malah petani di Sulsel yang beralih ke benih genetik mengalami kerugian besar akibat ketergantungan penyediaan benih. Tiba-tiba harga benih melambung tinggi dan susah dicari, sementara itu petani sendiri tidak bisa mengembangkan benih secara swadaya karena teknologinya sarat modal. Hal ini menyebabkan kerugian yang besar dipihak petani dan mereka mulai membakar ladang-ladang kapas mereka dan segera beralih ke produk non transgenik. Petani hanya dijadikan objek untuk semata-mata keuntungan dagang saja.





BAB IV PERATURAN PERUNDANGAN YANG MENGATUR TENTANG PEMANFAATAN PRODUK REKAYASA GENETIKA

Kontroversi penyebarluasan penggunaan Organisme Hasil Modifikasi Genetika (OHMG) atau yang lebih dikenal dengan Genetically Modified Organism (GMO) atau rekayasa genetika (transgenik) telah menimbulkan arus pertentangan antara setuju dan yang kurang atau tidak setuju. Antara lain Kementrian Negara Lingkungan Hidup dan berbagai Organisasi Non-Pemerintah yang meminta peninjauan kembali penggunaan organisme transgenik, karena pertimbangan dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan OHMG.Kontroversi mengenai keamanan pangan MG ini telah memicu kampanye penghentian pemasaran bibit dan hasil tanaman pangan Modifikasi Genetika. Dibeberapa negara, di beberapa Negara di Eropa melarang dan menolak benih transgenik masuk ke negaranya, bahkan seperti di AS, India, dan Kanada telah dilakukan penuntutan hukum agar pengadilan melarang tanaman MG.Sebagai bentuk kehati-hatian dari lembaga-lembaga yang berkonsentrasi pada keamanan pangan produk rekayasa genetika, baik secara internasional, regional maupun masing-masing Negara, maka oleh pemerintah Republik Indonesia pemanfaatan produk rekayasa genetika di Indonesia harus mengacu kepada beberapa peraturan perundangan, antara lain:
1). UU No. 7/1996 tentang Pangan
2). UU No. 21/2004 tentang Protokol Cartagena
3). PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan
4). PP No. 28/2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan
5). PP No. 21/2005 , tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik
6). SKB 4 Menteri Th. 1999
7). Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor : HK.00.05.23.3541 Tahun 2008, tentang Pedomanpengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik8).
Dan lain-lain






BAB V KESIMPULAN

Transgenik atau modifikasi genetika atau rekayasa genetika sebagai bioteknologi modern memberi manfaat yang cukup besar buat kesejahteraan manusia. Seperti misalnya dalam pemenuhan kebutuhan pangan, obat-obatan, pelestarian hutan, sebagai sumber energy baru yang dapat diperbarui dan lain-lain. Akan tetapi juga tidak bias dinafikan bahwa bioteknologi modifikasi genetika juga tidak mutlak tanpa resiko, dan bahkan resiko yang ditimbulkan oleh rekayasa genetika itu sendiri tidak bisa dikatakan lebih kecil dari manfaat yang dibawanya, atau efek negatifnya tidak signifikan. Bahkan boleh jadi dampak akibat modifikasi genetika ini lebih besar daripada manfaatnya. Seperti dampaknya bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan (ekologis), dampak sosial-ekonomi, dampak agama-etika dan moral dan sebagainya.
Bagaimanapun juga setiap teknologi pasti membawa dampak negative disamping juga bermanfaat, maka agar dampak negative itu dapat diminimalisir hendaknya para pengembang dan pengguna bioteknologi rekayasa genetika memperhatikan dan melaksanakan peraturan yang telah dibuat berkenaan dengan pengembangan,penggunaan dan penyebarluasan produk rekayasa genetika, sehingga teknologi yang pada dasarnya dibuat dan diciptakan bertujuan untuk mencapai kemaslahatan manusia tercapai.